0819-0808-0450 humas@irps.or.id
sejarah lokomotif C300

Lokomotif C30011, dan di belakangnya lokomotif C30012, di Museum Transportasi TMII. Lokomotif C300 merupakan lokomotif langsir yang sarat sejarah sebagai satu-satunya lokomotif buatan Jerman Timur di Indonesia.

Awal dekade 1950an hingga pertengahan dekade 1980an, Indonesia membeli banyak sekali produk perkeretaapian dari Jerman, baik Jerman Barat maupun Jerman Timur. Seolah meneruskan tradisi dari era Hindia Belanda yang juga rajin membeli lokomotif uap dari Jerman. Banjirnya produk perkeretaapian dari Jerman pada rentang tahun tersebut tentu tak terkecuali lokomotif C300, yang merupakan salah satu kelas lokomotif diesel sarat sejarah yang ada di Indonesia. Lokomotif ini berukuran kecil dengan kegunaan utama sebagai lokomotif langsir.

Banjirnya Produk Perkeretaapian Jerman

Tampak belakang lokomotif C30011

Pemesanan produk perkeretaapian dari Jerman bermula pada tahun 1950 ketika Indonesia memesan 100 unit lokomotif uap kelas D52 dari Friedrich Krupp AG di Jerman Barat. Hal ini berlanjut pada tahun 1958 ketika Indonesia kembali memesan 30 unit lokomotif diesel hidrolik kelas BB300 dan 30 unit kelas D300, masih dari pabrik yang sama. Kemudian di tahun 1962, Indonesia lagi-lagi memesan 80 unit lokomotif diesel hidrolik dari pabrik yang lagi-lagi sama, yaitu kelas D301.

Di tahun 1964, masih dari pabrik yang sama namun sekaligus bekerjasama dengan KraussMaffei Group, Indonesia lagi-lagi memesan lokomotif diesel kelas BB301, dengan jumlah total 50 unit hingga tahun 1970. Namun, di tahun 1966, pesanan lokomotif dan kereta penumpang beralih ke Jerman Timur. Lokomotif C300 dipesan dari VEB Lokomotivbau Karl Marx Babelsberg (LKM), sebuah perusahaan pembuat sarana perkeretaapian yang berlokasi di Babelsberg, wilayah terbesar dari Kota Potsdam. Untuk kereta penumpang sendiri banyak dipesan dari Waggonbau Bautzen dan Waggonbau Görlitz.

LKM sendiri bukan pabrikan asing di Indonesia. LKM berdiri dari bekas pabrik milik Maschinenbau und Bahnbedarf AG, sebelumnya Orenstein & Koppel AG. Orenstein & Koppel merupakan salah satu pabrik yang memproduksi lokomotif uap untuk pabrik gula di Hindia Belanda, dan setelah Indonesia merdeka pun pernah memproduksi lokomotif diesel untuk Pabrik Gula Madukismo pada tahun 1955.

Sejarah Lokomotif C300 Sang Endemik Jakarta

Kabin masinis lokomotif C30011

Lokomotif C300 adalah lokomotif bergandar C’, yang artinya lokomotif ini memiliki 3 gandar penggerak yang saling terhubung oleh batang kopel, dan berdaya mesin sekitar 260 kW (350 hp). Sebelum memproduksi lokomotif C300, LKM terlebih dahulu membuat sebuah lokomotif purwarupa dengan lebar as roda 1.000 milimeter atau metre gauge agar dapat diujicoba secara domestik di Jerman Timur. Lokomotif ini kemudian diambil alih oleh Deutsche Reichsbahn, operator perkeretaapian Pemerintah Jerman Timur. Bahkan di tahun 1994 lokomotif ini masih masuk ke dalam rencana Deutsche Bahn, operator perkeretaapian pemerintah unifikasi Jerman.

Berbekal pengujian yang sukses diatas, LKM kemudian memulai produksi ke-20 unit lokomotif C300. Oleh PNKA, lokomotif ini didapuk untuk menggantikan D14 sebagai lokomotif langsir di Jakarta Kota, Cipinang, Manggarai, Tanah Abang, dan Jatinegara. C300 kemudian menggeser lokomotif uap C27 dan B51 dari jalur barat Jakarta menuju Rangkasbitung untuk menghela KA penumpang yang padat, walaupun kecepatan maksimum lokomotif ini hanya 30 km/jam. Lokomotif ini kemudian menjadi lokomotif endemik Jakarta karena seluruh unitnya dikumpulkan di Depo Lokomotif Tanah Abang.

Salah Kira Lokomotif Pembangunan Gelora Bung Karno

Lokomotif diesel hidrolik C30011 sebelum beautifikasi oleh IRPS, beserta C30012 di belakangnya, dan lokomotif uap D5011 di sebelahnya

Lokomotif ini juga pernah dikelirukan sebagai lokomotif yang digunakan pada saat pembangunan Kompleks Gelora Bung Karno di Senayan. Padahal, kompleks olahraga ini mulai dibangun tahun 1960, atau 6 tahun sebelum kedatangan lokomotif C300, dan selesai pada tahun 1962 untuk gelaran Pesta Olahraga Asia di tahun tersebut, di mana Indonesia menjadi tuan rumah.

Pada kurun waktu tersebut, baru ada lokomotif BB300 dan D300 sebagai lokomotif diesel hidrolik pada jajaran armada kereta api, sehingga lokomotif tersebut yang lebih mungkin digunakan pada pembangunan Kompleks Gelora Bung Karno. Usut punya usut, ternyata kekeliruan ini bersumber dari salah catat tahun kedatangan lokomotif menjadi 1957, padahal lokomotif baru datang pada tahun 1966.

Lokomotif C300 di Akhir Masa Hidupnya

Foto bersama anggota IRPS Wilayah Jakarta, Cirebon, dan Purwokerto yang turut menyukseskan acara puncak beautifikasi lokomotif C30011

Lokomotif ini tidak pernah mendapat jatah repowering, namun masih bisa beroperasi hingga dekade 1990an. Dua unit dengan kondisi terbaik, C30011 dan C30012 dipindahkan dari Depo Tanah Abang ke Museum Transportasi TMII untuk menghela kereta wisata keliling museum. Walau demikian, lokomotif-lokomotif ini tumbang satu per satu seiring usia, baik yang masih berada di Tanah Abang maupun kedua lokomotif di Museum Transportasi.

Lokomotif yang berada di Tanah Abang, yaitu C30001, C30004, dan C30020 akhirnya dibawa ke Stasiun Cikampek kemudian di-unspoor di salah satu sudut stasiun dengan kondisi yang merana. Setali tiga uang dengan lokomotif C30011 dan C30012 di Museum Transportasi, yang terakhir dirawat oleh Balai Yasa Yogyakarta pada tahun 1986. Namun, di tahun 2023, IRPS melakukan beautifikasi pada lokomotif C30011 sehingga penampilannya kembali berseri.

Semoga generasi mendatang masih bisa menyaksikan satu-satunya lokomotif milik Indonesia yang didatangkan dari Jerman Timur.

Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻

Loading