“Jangan melupakan sejarah” ujar presiden Indonesia pertama, Soekarno. Dalam kaitan tersebut, kami sangat prihatin tentang nasib banyak lokomotif tua, karena banyak lokomotif yang unik (terutama lokomotif uap) telah menghilang, seperti kelas DD52 dan kelas CC10, tidak pernah terlihat lagi, kecuali di foto atau film yang dibuat oleh para pecinta kereta api.
Pembentukan IRPS dimulai oleh sekelompok orang yang peduli akan perkeretaapian di Indonesia dan biasanya berkumpul di milis keretapi@yahoogroups.com. Ketika salah satu dari mereka melihat lokomotif CC200 di Cirebon pada bulan Februari 2001, pembahasan tentang lokomotif sejarah ini memanas. Lokomotif CC200 adalah lokomotif jenis diesel pertama yang dipesan oleh DKA / Djawatan Kereta Api (sekarang PT KAI) dari General Electric, Amerika Serikat pada tahun 1953 dan 1954.
Masyarakat pecinta kereta api kemudian mulai melacak keberadaan lokomotif di Dipo Lokomotif Cirebon dan menemukan 3 lokomotif CC200 yang tersisa. Mereka adalah CC200 08, CC200 09 dan CC200 15. Ketiga lokomotif berada dalam kondisi terlantar, dan cukup beruntung bahwa mereka belum dihancurkan oleh pihak otoritas. CC200 15 memiliki kondisi yang paling baik, dibandingkan dengan “saudara” nya. Bagi para pecinta kereta api, lokomotif CC200 layaknya sebuah peninggalan kuno yang menarik dan spektakuler.
Berdasarkan kondisi di atas, pada bulan Oktober 2001, para pecinta kereta api Indonesia ini mulai membentuk kelompok kerja yang disebut “FRIENDS OF CC200”. Dan karena tidak ada organisasi besar bisa melindungi kelompok ini, maka “FRIENDS OF CC200” ditempatkan di bawah IRMC (Indonesian Railway Modeler Club), sehingga dapat membantu Perumka Daop 3 Cirebon untuk melestarikan lokomotif CC200 ini.
Pada bulan Mei 2002, IRMC mengajukan proposal untuk melestarikan lokomotif CC200 ke Perumka. Selain proposal, kelompok kerja ini juga mengumpulkan 500 tanda tangan dari orang-orang di Jakarta, Bandung, dan Cirebon untuk mendukung upaya Program Pelestarian CC200 15 Program pelestarian. Pada bulan Juni 2002, usulan untuk menyetujui lokomotif CC200 disetujui oleh General Manager Perumka, Bapak Omar Berto. Kemudian, dalam rangka untuk membantu “FRIENDS OF CC200” agar lebih fokus dalam tugas-tugas mereka, diputuskan pada 25 Juni 2005 untuk membentuk Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) sebagai induk organisasi untuk “FRIENDS OF CC200”. “FRIENDS OF CC200” kemudian dipindahkan dari IRMC ke IRPS. Sejak itu, 25 Juni kini diperingati sebagai hari ulang tahun Indonesia Railway Preservation Society.
Pada bulan Oktober 2002, program perbaikan CC200 15 akhirnya selesai, dan lokomotif dikembalikan kembali ke kondisi operasional penuh. Lokomotif ini dipulihkan dengan mengorbankan komponen dari CC200 08 dan CC200 09. Lokomotif ini juga dicat ulang kembali ke warna aslinya yaitu hijau, yang merupakan livery dari Perumka.
Pada Januari 2003, IRPS menerima surat pengakuan dari Perumka, yang ditandatangani oleh Direktur Pengembangan Usaha, Edward BM Nababan yang menyatakan bahwa IRPS adalah mitra resmi dari Perumka, dalam upaya mereka untuk melestarikan aset sejarah perkeretaapian Indonesia.
Tanggal 25 Agustus 2003, Perumka Daerah Operasi 3 Cirebon mulai menggunakan CC200 15 sebagai lokomotif untuk koleksi uang tunai di stasiun kecil. Tradisi ini telah dimulai sejak zaman era kolonial Belanda, dan CC200 15 yang digunakan untuk mengumpulkan uang setoran dari stasiun kecil (jalur Cirebon-Tanjung Rasa) setiap empat hari sekali. Lokomotif ini juga digunakan untuk membawa gaji karyawan stasiun kecil setiap bulan. Dengan hadirnya lokomotif ini, kepala stasiun tidak perlu khawatir untuk menyimpan uang mereka terlalu lama di stasiun.
Pada 28 September 2003, bertepatan dengan ulang tahun Perumka, IRPS merayakan 50 Tahun operasi CC200 (1953-2003) dengan menggelar Open House di Stasiun Cirebon.
Setelah sukses dengan lokomotif CC200, IRPS mulai mencari potensi lain, yaitu lokomotif BB200 di Dipo Lokomotif Semarang Poncol. Pada bulan Juni 2006, IRPS mulai menyusun proposal untuk melestarikan lokomotif diesel ini, yang ditujukan untuk Perumka Daop 4 Semarang dan mulai menyosialisasikan program “Friends of BB200” untuk mencegah lokomotif BB200 dari kepunahan. Jenis ini dibeli dari General Motors (sekarang Electro Motive Diesel) di Amerika Serikat pada tahun 1957. Pada bulan September 2006, program perbaikan BB200 29 akhirnya selesai, dan lokomotif dikembalikan kembali ke kondisi operasional penuh. Lokomotif ini juga dicat kembali ke warna aslinya yaitu hijau, seperti halnya CC200 15.
Preservasi Lokomotif Listrik “Bon Bon”
Setelah kunjungan ke Balai Yasa Manggarai dalam 24 April 2006, IRPS mengajukan proposal untuk melestarikan lokomotif listrik Werkspoor Heemaf (nomor 202 / WH202) kepada Perumka Daop 1 Jakarta pada bulan Agustus 2006. Menurut buku-buku sejarah, jenis lokomotif listrik dibeli oleh Staatspoorwegen (perusahaan kereta api Belanda) pada tahun 1925 dari Werkspoor di Belanda dan AEG di Jerman, untuk melayani rute Jakarta-Bogor. Setelah sekian tahun, lokomotif listrik dianggap tidak layak lagi. Dan sejak tahun 1976, secara bertahap digantikan oleh kereta listrik. Akibatnya, lokomotif listrik tidak lagi digunakan. Sejak itu, sebagian besar lokomotif listrik tidak terlihat lagi, karena telah dihapus. Hanya Werkspoor-Heemaf 3202 (yang kemudian nomornya 202) tetap di Balai Yasa Manggarai Jakarta. Sebelum Mei 2006, lokomotif listrik WH202 dalam kondisi terlantar.
Selanjutnya, IRPS bekerja sama dengan Perumka dan Pemprov DKI Jakarta menyosialisasikan “Sahabat Bon-Bon” (Friends of Bon-Bon), sebuah program untuk memulai pengumpulan dana. Program ini dimaksudkan untuk merehabilitasi lokomotif listrik ini dan mengubahnya menjadi monumen dekat stasiun kereta api Jakarta Kota, dan menjadi bagian dari program revitalisasi kota tua yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Pada bulan Juni 2007, program rehabilitasi lokomotif listrik WH202 akhirnya selesai, dan lokomotif listrik itu dicat ulang kembali ke warna aslinya.
Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) adalah kelompok non-profit, dan berbasis hobi dan kasih sayang terhadap transportasi kereta api. Para anggota IRPS terdiri dari orang-orang dari berbagai usia dan latar belakang pendidikan. Tapi anggotanya bersifat sukarela yang dengan senang hati akan membantu Kereta Api Negara Indonesia dalam melestarikan aset sejarah mereka. Para anggota IRPS telah tersebar di beberapa kota di Indonesia.
Kegiatan IRPS bervariasi, mulai dari yang serius, seperti program pelestarian atau seminar dan program santai seperti berburu foto dan mengunjungi fasilitas kereta api.