Tim IRPS Wilayah Jakarta mendapatkan undangan kunjungan terbatas oleh PT KAI ke Balai Yasa Manggarai beberapa waktu lalu untuk mensurvei sekaligus mendokumentasikan kondisi dari kedua unit bekas KRL era Electrische Staatsspoorwegen (ESS). Kedua unit eks KRL ESS ini sendiri baru dibawa ke Balai Yasa Manggarai pada tahun 2021 lalu, saat sebelumnya ia teronggok di area emplasemen Pusat Kegudangan dan Logistik (PKLG) Cikudapateuh, Bandung dalam rentang waktu yang cukup lama, yakni sejak tahun 1984.
Setelah mulai tersebarnya kabar mengenai keberadaan dan sisa dari 2 unit eks KRL ESS ini, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo dan direksi KAI lainnya bersama tim IRPS Wilayah Bandung mensurvei kondisi dari kedua kereta tersebut. Survei menghasilkan keputusan untuk mengamankan kereta ini ke Balai Yasa Manggarai karena merupakan sebuah aset bersejarah.
View this post on Instagram
KRL ini didatangkan oleh Electrische Staatsspoorwegen pada tahun 1924-1927 sebanyak 50 unit dari 3 pabrikan Belanda yang berbeda. Ketiga pabrikan tersebut yaitu Nederlandsche Fabriek van Werktuigen en Spoorwegmaterieel (Werkspoor), Allan & Co’s Koninklijke Nederlandsche Fabrieken van Meubelen en Spoorwegmaterieel (Allan), dan Koninklijke Fabriek van Rijtuigen en Spoorwagens J.J. Beijnes (Beijnes). Perangkat kelistrikan dan pengereman KRL ini diproduksi oleh Westinghouse Electric Corporation dan General Electric.
Dari 50 unit KRL ini terdiri dari 10 unit MBCW-100 (kelas 2 dan 3, berpenggerak), 10 unit MABDW-200 (kelas 1 dan 2 dengan ruang bagasi, berpenggerak), 3 unit MBDW-300 (kelas 2 dengan ruang bagasi, berpenggerak), 2 unit MBDW-400 (kelas 2 dengan ruang bagasi, berpenggerak), dan 25 unit VCW-700 (kelas 3, tanpa penggerak).
Pada awalnya, KRL ini mengenakan skema livery krem-biru, yang kemudian segera diubah menjadi krem-hijau dengan alasan lebih cocok untuk negara dengan iklim tropis. Skema livery krem-hijau inilah yang kemudian menjadi wajah perkeretaapian Indonesia hingga tahun 1991. Di tahun 1930an, kodefikasi kelas pada seri MBCW-100, MBDW-300, dan MBDW-400 berubah menjadi MABW-100, MABDW-300, dan MABDW-400. Bagian muka KRL kemudian juga dicat hijau seluruhnya.
KRL eks ESS ini masih terus beroperasi hingga setelah masa kemerdekaan, namun hanya melayani lintas Jakarta-Bogor dan Jakarta-Jatinegara (via Pasar Senen) saja. Sayangnya, KRL ESS kemudian dirombak dan dimodifikasi pada dekade 1960-an yang meliputi bagian eksterior, interior, serta komponen kelistrikan sehingga menjadikannya kereta penumpang biasa dan tidak berpenggerak yang harus ditarik oleh lokomotif. Sebanyak 2 unit juga menjalani modifikasi menjadi KRD.
View this post on Instagram
Dari total 50 unit armada KRL ESS, kini hanya tinggal tersisa 2 unit saja. Kedua unit tersebut adalah 1 kereta motor kelas 3 dengan ruang bagasi seri MCDW-301 (eks MABDW eks MBDW) dan 1 kereta trailer kelas 3 seri VCW-713. Setali tiga uang dengan nasib KRL ESS lainnya, kedua kereta ini telah dimodifikasi menjadi kereta penumpang tak berpenggerak yang ditarik lokomotif.
Era tersebut juga sekaligus merupakan era pensiunnya seluruh operasional dan layanan KRL peninggalan ESS, sehingga PNKA memanfaatkan armada KRL yang tersisa untuk dimodifikasi menjadi kereta penumpang. Meski demikian, lokomotif listrik masih beroperasi hingga kedatangan KRL Rheostatik dari Jepang pada tahun 1976.
Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻