Beberapa waktu lalu, IRPS Surabaya dan BTP Surabaya menelisik kembali jalur kereta api nonaktif Kalisat-Panarukan. Jalur nonaktif ini masuk ke dalam wilayah Daop 9 Jember. Menjaga benda-benda bersejarah menjadi tujuan IRPS terhadap peninggalan perkeretaapian Indonesia pada masa lalu yang masih ada hingga sekarang. Salah satunya adalah di lintas yang dulu dilalui kereta api campuran berjuluk “Blagador” tersebut.
Bersama BTP Surabaya, review jalur nonaktif Kalisat-Panarukan ini mengunjungi beberapa titik lokasi benda peninggalan kereta api yang masih eksis hingga sekarang. Di antaranya seperti Stasiun Panarukan, crossing Tribungan, Stasiun Tribungan, Stasiun Situbondo dan beberapa lokasi lainnya. Tidak hanya itu, IRPS Surabaya menyempatkan waktu mengunjungi Depo Lokomotif Jember untuk melihat monumen sarana crane uap bernama Brotoseno, crane yang sama dengan crane di Balai Yasa Gubeng.
Jalur Kalisat-Panarukan sendiri merupakan jalur nonaktif sepanjang sekitar 70 kilometer. Jalur ini lebih dahulu ada dibanding jalur Kalisat-Banyuwangi, di mana ruas Jember-Panarukan-Panarukan Pelabuhan diresmikan oleh perusahaan Staatsspoorwegen pada 1 Oktober 1897. Sementara itu, ruas Kalisat-Banyuwangi sendiri baru diresmikan pada 10 September 1902 untuk segmen Kalisat-Mrawan, dan 2 Februari 1903 untuk segmen Mrawan-Banyuwangi Lama-Banyuwangi Pelabuhan.
Jalur ini dinonaktifkan penuh pada tahun 2004. Sebelum nonaktif, KA “Blagador” biasanya membawa rangkaian campuran penumpang dan barang yang dihela oleh lokomotif BB303. Kemudian pada 17 Agustus 2016, Stasiun Bondowoso dijadikan sebagai museum kereta api. Bondowoso memiliki hubungan yang sangat erat dengan sejarah perkeretaapian di mana pernah terjadi tragedi gerbong maut.
Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻