
Crane “Si Bongkok” USR-1 dan gerbong lengan crane USBBR-1 di Balai Yasa Manggarai, 2022 (Muhammad Pascal Fajrin/IRPS Jakarta)
USR-1 adalah railway crane uap berbahan bakar kayu yang dibuat oleh pabrik Figee, Belanda untuk Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1916. USR-1 merupakan railway crane terbesar, terberat, dan terkuat yang pernah ada di Pulau Jawa sejak era Staatsspoorwegen hingga era PJKA, sebelum tergantikan railway crane yang lebih modern.
Crane ini terbagi menjadi dua bagian, yakni crane bernomor USR-1 dan sebuah gerbong datar tempat meletakkan lengan crane bernomor USBBR-1. Total panjang dari railway crane ini (USR-1 dan USBBR-1) adalah 22,7 meter, dengan total berat 76,8 ton. Railway crane USR-1 mampu mengangkat beban hingga 15 ton, dengan kecepatan maksimal 50 km/jam jika ditarik oleh lokomotif. Selain itu, USR-1 juga bisa berjalan secara mandiri dengan kecepatan maksimal 5 km/jam.
Selain USR-1, Staatsspoorwegen juga mendatangkan beberapa crane sejenis lainnya untuk Pulau Jawa dengan ukuran yang lebih kecil, yakni seri UHR dan UH. Namun, di antara semua kereta derek tersebut, USR-1 ini merupakan crane andalan perusahaan, karena memiliki tenaga yang besar, terutama saat mengevakuasi kecelakaan KA di berbagai wilayah di Pulau Jawa.
Pasca Kemerdekaan
Pasca kemerdekaan, USR-1 ini diberi nama “Tombak Soyang”, atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan nama “Si Bongkok”. Meskipun kalimatnya berbeda, namun penamaan tersebut memiliki makna sama, yakni karena tampilan lengan derek USR-1 yang berukuran panjang dan terlihat melengkung seperti membungkuk. Crane ini memiliki ketel uap dengan posisi vertikal, yang merupakan sumber tenaga untuk mengoperasikan lengan crane dan roda penggeraknya.
Setelah masa kemerdekaan pula crane USR-1 tidak hanya beroperasi secara individual, melainkan digandengkan dengan beberapa unit tambahan lainnya. Unit-unit tersebut adalah kereta penolong NRU-38201 yang merupakan bekas kereta tidur “Java Nacht Express” milik Staatsspoorwegen modifikasi dari SAGL-9002, gerbong alat penerangan GR-120867 bekas gerbong barang milik DKA, dan gerbong peralatan GR-2495 bekas gerbong barang milik Staatsspoorwegen.
Urutan penggandengan crane “Si Bongkok” pada masa PJKA umumnya adalah lokomotif, USR-1, USBBR-1, NRU-38201, GR-120867, dan GR-2495. Keseluruhan armada ini diberi warna kuning, yang merupakan simbol warna kereta penolong sejak era Hindia Belanda.
Tugas Terakhir
“Si Bongkok” juga tak lepas dari hal-hal mistis. Salah satu contoh yang telah menjadi cerita turun temurun dari para pegawai balai yasa adalah rantai yang bergerak. Jika rantai tersebut tiba-tiba bergerak saat tengah malam, maka biasanya keesokan harinya akan terjadi sebuah insiden perkeretaapian dan hal-hal sejenis yang membuat “Si Bongkok” harus keluar dari Balai Yasa Manggarai untuk tugas evakuasi.
Salah satu contoh hal tersebut adalah Tragedi Bintaro pada 19 Oktober 1987, yang merupakan tabrakan kereta api terparah dalam sejarah di Indonesia. Saat malam harinya, 18 Oktober, menurut cerita dari kru Balai Yasa Manggarai, rantai crane tersebut tiba-tiba bergerak dengan sendirinya. “Si Bongkok” digunakan dalam evakuasi Tragedi Bintaro, yang sekaligus merupakan tugas evakuasi terakhirnya.
Evakuasi ini tidak berjalan lancar. “Si Bongkok” terguling saat mengevakuasi puing-puing kereta di lokasi Tragedi Bintaro. Pada malam hari, 23 Oktober 1987, crane ini terguling disebabkan penempatan titik tumpu yang kurang sempurna. Karena Si Bongkok merupakan crane terberat yang dimiliki PJKA, akhirnya PJKA menghubungi Perum Pelabuhan Tanjung Priuk untuk meminjam truk crane dengan tenaga yang lebih besar guna mengevakuasi “Si Bongkok”.
Setelah seluruh evakuasi Tragedi Bintaro 1987 selesai, rangkaian kereta derek “Si Bongkok” beristirahat di Balai Yasa Manggarai dalam waktu yang cukup lama, karena tidak terdapat kecelakaan KA yang membuatnya harus berdinas. Akhirnya, pada tahun 1993, Si Bongkok dan gerbong-gerbongnya dipensiunkan oleh Perumka karena tergantikan dengan crane baru yang lebih modern dan bertenaga kuat, yakni crane GS100.05 buatan Gottwald, Jerman.
Sekitar pertengahan dekade 1990-an, sebagian dari armada railway crane tersebut disimpan ke area kebun Balai Yasa Manggarai. Armada yang dikebunkan adalah USR-1, USBBR-1, GR-120867, serta GR-2495. Sedangkan NRU-38201 masih lanjut berdinas sebagai kereta penolong biasa, dan berkedudukan di Depo Lokomotif Jatinegara hingga tahun 2007.
Kondisi Terkini
Keseluruhan unit-unit kereta dari rangkaian railway crane tersebut masih ada hingga kini, namun dengan yang nasib yang berbeda. USR-1 dan USBBR-1 kini dipreservasi dan dipajang sebagai monumen di area Balai Yasa Manggarai. Sementara NRU-38201 kini menjadi Kereta “Djoko Kendil” bernomor SI 0 38 01, sebelumnya IW-38221, dan telah menjalani penggantian bogie menjadi tipe TB-398 yang lebih modern. Gerbong GR-120867 kini ditumpuk di Stasiun Pasirbungur, sementara gerbong GR-2495 kini menjadi koleksi Museum KA Ambarawa.
Karena dirasa merupakan aset perkeretaapian yang bersejarah, kereta derek ‘Si Bongkok’ dipreservasi dan dijadikan monumen oleh Balai Yasa Manggarai pada tahun 2010, serta diberikan warna merah-kuning.
Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻
Narasi oleh Andra Radithya (IRPS Jakarta)