+6281513291063 humas@irps.or.id

Naik kereta api tut tut tut…siapa hendak turut…Itulah sepenggal dari lagu anak-anak yang menceritakan tentang angkutan kereta api yang pada saat mudik merupakan kendaraan yang paling banyak diminati oleh para pemudik untuk merayakan lebaran. Tidak peduli apakah dapat duduk dengan nyaman ataupun menggelar kertas koran di lantai kereta api. Bagi mereka yang utama adalah terangkut.

Berhubungan dengan sejarah kereta api di Jakarta, saya mencoba untuk menyelusurinya dengan menaiki kereta api dari statsiun Beos untuk bergabung dengan komunitas Sahabat Museum di Museum Bank Mandiri yang lokasinya persis di depan statsiun Beos. Tetapi karena jarang melintasi daerah ini akhirnya kehilangan orientasi sesaat ketika sampai di stasiun terakhir ini, Dan untuk mempersingkat waktu akhirnya menaiki ojek sepeda yang sebelumnya berputar-putar dengan menerobos masuk ke halaman Museum Fatahilah sampai akhirnya berhenti di Bank Indonesia Kota. Setelah celingak celinguk kesana kemari akhirnya bertanyalah kepada petugas keamanan Bank Indonesia Kota, lokasi Museum Bank Mandiri, yang ternyata bersebelahan dengan gedung Bank Indonesia Kota tersebut.

Segera setelah daftar ulang dan mendapatkan kartu pengenal dan peta jalan kaki Plesiran Tempoe Doeloe 11 Agustus 2012 “ Spoor-Linj NIS & BOS. Acara dimulai dengan pemutaran film dokumenter Sejarah Perkereta-apian di Indonesia dan Jakarta serta sejarah Statsiun Jakarta Kota (Beos) dan penjelsan singkat tentang perkeretaapian yang dipandu oleh Nara sumber dari Indonesian Railway Preservastion Society yaitu Mas Soni Gumilang dan Aditya Dwi Laksana.

Selengkapnya
http://www.kompasiana.com/galing/ngabuburit-menelusuri-sejarah-perkereta-apian-di-batavia_5516e9dc813311ab64bc6136

Loading