Oleh Tintony Cah Sepur Sukohardjo*
radarlampung.co.id – Mungkin banyak khalayak tidak tahu jika Telukbetung pernah ada stasiun kereta api. Stasiun ini merupakan penghubung antara Telukbetung berakhir di Garuntang.
Dijelaskannya, dalam buku Nederlandsch Indische Staatsspor- en Tramwegen (Perquin, B.L.M.C.: 1921), jalur kereta api Telukbetung-Garuntang dibangun oleh De Staatssporwegen in Zuid-Sumatra (ZSS-Perusahaan Kereta api Pemerintah Hindia Belanda Wilayah Sumatra Bagian Selatan). Jalur ini memiliki panjang empat kilometer dengan lebar sepur 1.067 milimeter, serupa lebar sepur pada umumnya di Hindia Belanda, mulai beroperasi pada 27 Mei 1921 dan ditutup sekitar tahun 1970.
Saya mencoba mencari tahu keberadaan stasiun ini, pada Minggu (4/8/2019). Penyusuran diawali di wilayah Kampung Texas, Kelurahan Pesawahan, Telukbetung Selatan, sebagai lokasi yang saya perkirakan berdasarkan beberapa sumber lisan dan tertulis. Menurut beberapa warga sekitar yang saya temui membenarkan bahwa lokasi Stasiun Telukbetung berada di wilayah itu. Namun, mereka tidak mengetahui lokasi tepat stasiun berdiri karena memang sudah lama bangunan stasiun itu tidak ada.

Sangat disayangkan keberadaan Stasiun Telukbetung sudah tidak ada, bahkan sangat sulit menemukan dokumentasi lawas bangunan stasiun tersebut. Hanya dua bangunan rumah dinas pegawai PT KAI Persero yang tersisa di tempat itu dan beberapa patok rel masih menancap.
Saya pun mencoba menyusuri bekas jalur rel dari Telukbetung hingga Stasiun Garuntang. Jalurnya berawal dari wilayah Pesawahan (Jalan Ikan Sepat) lurus melewati Jalan Ikan Kiter, kemudian berbelok ke utara menyeberangi Jalan Yos Sudarso menuju Jalan Ikan Kapasan, dan berbelok menuju Jalan Slamet Riyadi IV dan Jalan Slamet Riyadi II dan tembus sampai dengan Stasiun Garuntang.
Kondisi bekas jalurnya saat ini, sebagain besar berubah menjadi jalan umum, bahkan di beberapa lokasi sudah berdiri bangunan permanen di atasnya. Beberapa bekas yang dapat ditemui, antara lain bekas bantalan rel dari kayu dan patok rel di Jalan Ikan Kiter. Selain itu, patok rel bertuliskan ESS (Eksploitasi Sumatra Selatan) di dekat persimpangan Jalan Yos Sudarso dan Jalan Ikan Kapasan.
Eksploitasi Sumatra Selatan merupakan anak cabang Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), sekarang kita mengenalnya sebagai PT KAI Divisi Regional IV Tanjung Karang. Bukti sejarah lain yang dapat ditemui, yaitu sebuah kayu bekas bantalan rel dan tiang jemuran dari kayu bekas bantalan rel dari kayu di Jalan Ikan Kapasan yang berada di Kelurahan Kupang Raya, Telukbetung Utara.
Saat penyusuran, Saya bertemu Pak Sadiman (67 tahun), warga Jalan Slamet Riyadi II, yang merupakan salah seorang saksi sejarah perjalanan kereta api trayek Telukbetung-Garuntang ini. Dikatakannya, sewaktu masih beroperasi kereta api membawa 4-5 gerbong kereta dengan ditarik sebuah lokomotif uap.
Dia juga menuturkan bahwa semasa beroperasi, kereta api pada jalur tersebut disewa oleh seorang pengusaha Tionghoa bernama Ang Tiauw Bie, pemilik perusahaan Swan Liong untuk mengangkut komoditas kopra dan hasil bumi lainnya. Seperti diketahui, Ang Tiauw Bie merupakan salah satu tokoh pengusaha Tionghoa yang berjasa bagi bangsa karena membantu menyelundupkan senjata api bagi para pejuang kemerdekaan.
Namun, sepeninggal Ang Tiauw Bie, generasi penerusnya tidak mampu melanjutkan bisnisnya sehingga ikut berimbas pada berhentinya operasional kereta api angkutan hasil bumi itu. Alhasil, jalur tersebut mati dan akhirnya relnya mulai dicabut pada tahun 1983. Pak Sadiman ini merupakan salah satu tenaga kerja yang dipekerjakan untuk mencabut relnya
Sisa-sisa kejayaan kereta api di jalur kereta api Telukbetung-Garuntang memang sudah tak nampak lagi, baik dari bangunan stasiun maupun bekas sejarah lainnya, serta minimnya literatur yang menjelaskan tentang jalur ini, hanya tersisa kenangan bagi sebagian saksi sejarah tempat itu, sebagai bagian dari sejarah kereta api di Lampung. (*)
* Pengamat Perkeretaapian
Sumber:
https://radarlampung.co.id/2020/05/29/napak-tilas-jalur-kereta-api-nonaktif-telukbetung/