
Stasiun Ciwidey, ujung dari jalur KA Soreang-Ciwidey yang terhubung ke Bandung, merupakan salah satu stasiun dengan ketinggian tertinggi pada 1.106 meter di atas permukaan laut jika aktif (Deden Suprayitno/IRPS Bandung)
Sabtu, 3 Mei 2025, IRPS Bandung melakukan penelusuran jalur KA nonaktif lintas Soreang-Ciwidey. Penelusuran bermula dari Stasiun Ciwidey. Stasiun Ciwidey masih memiliki bangunan stasiun, subdepo, dan gudang teh dan belerang yang masih nampak berdiri diantara bangunan rumah penduduk yang makin padat.
Selain bangunan, ada juga prasarana pendukung stasiun seperti meja putar lokomotif berukuran kecil yang mempunyai panjang sekitar 6,7 meter. Itupun meja putar ini sudah hampir tertutup bangunan walaupun peralatannya masih lengkap. Ada pula pompa air di bawah menara air yang masih berada di tempatnya, walaupun pintu masuknya tertutup rumah.
Yang menarik di jalur ini kondisi besi jembatan, rel, bahkan bantalan kayu masih banyak yang tampak. Bahkan kondisi jembatan pun relatif utuh dan nyaris tidak ada aksi pencurian. Tidak seperti kebanyakan jalur nonaktif lainnya yang bahkan relnya pun kebanyakan sudah menghilang.
Sementara di Stasiun Soreang, area emplasemen saat penelusuran terdapat banyak sampah yang sudah sampai menggunung. Di Stasiun Soreang, masih terdapat beberapa benda-benda peninggalan. Di antaranya terdapat corong dan menara air, serta bandul wesel.
Jalur KA Bandung-Ciwidey dibangun setelah terbitnya Staadblad 1918 nomor 345 tanggal 1 Juni 1918, namun baru dapat dibangun secara penuh pada akhir 1919 akibat beberapa penundaan. Awalnya, sebuah stasiun dibangun di daerah Karees untuk pengangkutan penumpang menuju ke Soreang, namun wilayah ini pada saat itu belum dikenal oleh masyarakat luas.
Jalur KA hingga Soreang sejauh sekitar 25 kilometer akhirnya dibuka pada 13 Februari 1921. Setahun berikutnya, sebuah percabangan dari Stasiun Dayeuhkolot ke Stasiun Majalaya di sebelah timur dibuka pada 3 Maret 1922, namun berhenti beroperasi 20 tahun kemudian karena dibongkar Jepang. Tadinya, jalur cabang ini akan disambungkan dengan Stasiun Cicalengka, namun tak pernah terwujud.
Sementara itu, segmen Soreang-Ciwidey akhirnya dibuka pada 17 Juni 1924, dengan menambah 4 stasiun saja. Pada 15 Februari 1925, jalur ini terhubung langsung dengan jalur utama sehingga pengangkutan penumpang menuju ke Ciwidey dan Majalaya dapat langsung dilakukan dari Stasiun Bandung maupun Stasiun Cikudapateuh. Pada saat itu, jalur KA dari Ciwidey sempat direncanakan untuk diteruskan hingga Ciletuh di Pelabuhan Ratu menggunakan traksi listrik, namun tak pernah terwujud.
Perhitungan kilometer untuk lintas ke Ciwidey dimulai dari Stasiun Bandung, walaupun cabangnya dari pos kontrol Cibangkonglor yang terletak di tengah-tengah antara Stasiun Cikudapateuh dan Stasiun Kiaracondong. Pos kontrol Cibangkonglor juga melayani percabangan ke arah Depo Pertamina Samoja dan Kavaleri Bandung.
Di tahun 2019, jalur ini sempat menjadi prioritas reaktivasi bersama dengan beberapa jalur nonaktif lainnya yaitu Banjar-Cijulang, Cibatu-Cikajang, dan Rancaekek-Tanjungsari. Namun kemudian jalur Cibatu-Garut yang menjadi pilot project untuk reaktivasi jalur KA nonaktif di wilayah Jawa Barat. Jalur ini kini telah beroperasi dan melayani perjalanan KA Papandayan, KA Cikuray, dan KA Commuter Line Garut.
Semoga reaktivasi jalur Bandung-Ciwidey bisa berjalan sesuai rencana, seperti halnya reaktivasi jalur KA Cibatu-Garut. Jalur Bandung-Dayeuhkolot-Soreang sangat memiliki potensi dan manfaat besar bagi warga Bandung dan sekitarnya untuk beraktivitas.
Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻