0819-0808-0450 humas@irps.or.id
vintage livery jawa

Kolase dari enam lokomotif jalur utama yang diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin, Rizki Bayu Aji, Zacky Fahd Mustafa)

Sejak livery lawas atau vintage livery pada lokomotif khususnya lokomotif jalur utama diterapkan kembali sejak tahun 2021 lewat kolaborasi IRPS dengan KAI dan Semboyan Satoe Community, tren positif akan kehadiran kembali livery lawas ini semakin meningkat. Hal ini terbukti lewat penambahan unit lokomotif yang menggunakan vintage livery di Indonesia dalam kurun waktu setahun berikutnya, baik di Jawa maupun di Sumatra.

Namun apabila di Sumatra lokomotif livery lawas ini justru berkurang satu unit akibat pengecatan ulang salah satu lokomotif yang sebelumnya diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery menjadi livery umumnya, di Jawa tren penggunaan livery lawas pada lokomotif jalur utama masih terus bertambah. Sambutan terhadap lokomotif vintage livery dari masyarakat terutama dari kalangan pecinta kereta api masih terus cukup besar.

Berawal dari hanya satu lokomotif jalur utama, kini ada enam lokomotif jalur utama yang menggunakan livery lawas dari berbagai era dan diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery. Selain keenam lokomotif jalur utama tersebut, tentu saja ada beberapa lokomotif dengan penggunaan terbatas untuk langsir atau backup yang juga menggunakan livery lawas.

Berikut adalah daftar lokomotif jalur utama yang menggunakan vintage livery di Pulau Jawa, diurut berdasarkan urutan penggunaan livery lawas pada lokomotif-lokomotif yang bersangkutan.

Lokomotif CC2018331 (d/h CC20169)

vintage livery jawa

Lokomotif CC2018331 dengan KA Dharmawangsa di Stasiun Klender, Jakarta Timur (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Lokomotif CC2018331 adalah lokomotif jalur utama pertama yang kembali menggunakan livery lawas. Lokomotif yang penggunaan livery lawasnya ini adalah kolaborasi dari IRPS dengan KAI dan Semboyan Satoe Community ini pertama kali keluar dari Balai Yasa Yogyakarta setelah perawatan 72 bulanan pada 23 Februari 2021 silam.

Lokomotif ini diresmikan pada 28 Februari 2021 di Balai Yasa Yogyakarta oleh KAI dengan mengundang IRPS dan Semboyan Satoe Community. Kala itu, lokomotif ini langsung jadi “sensasi” dan menjadi buruan utama pecinta kereta api di Pulau Jawa, terlebih di saat itu baru lokomotif ini saja yang menggunakan livery lawas yang beroperasi di jalur utama.

Livery lawas yang dikenakan oleh lokomotif ini adalah livery krem-hijau yang diperkenalkan oleh Djawatan Kereta Api pada tahun 1953, livery yang menandai awal era dieselisasi perkeretaapian Indonesia. Livery yang pertama kali dikenakan oleh lokomotif CC200 ini digunakan sampai 38 tahun kemudian di tahun 1991, di mana livery ini mengalami dua kali pergantian nama perusahaan dari Djawatan Kereta Api ke Perusahaan Negara Kereta Api, dan kemudian Perusahaan Jawatan Kereta Api.

Pelat nomor gaya klasik dan emblem “Wahana Daya Pertiwi” pada lokomotif CC2018331 (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Penggunaan livery lawas pada lokomotif CC2018331 ini diberikan ornamen tambahan yaitu logo baru KAI pada bagian samping longhood pada pintu-pintu mesin, dan juga emblem “Wahana Daya Pertiwi” pada bagian samping kabin masinis. Pelat nomor lokomotif pun diganti menjadi plat dengan gaya klasik berwarna hitam dan emas. Ornamen tambahan ini kemudian menjadi standar penggunaan vintage livery krem-hijau pada lokomotif CC201 lain yang muncul setelahnya.

Yang membedakan dari lokomotif CC201 livery krem hijau yang muncul kemudian adalah penggunaan kembali pelat nomor depan-belakang. Pelat nomor depan-belakang ini kemudian menjadi ciri khusus pada lokomotif ini. Sementara itu, lokomotif vintage livery lainnya yang muncul kemudian di Pulau Jawa hingga saat ini belum ada satupun yang menggunakan pelat nomor depan-belakang.

Penampilan lokomotif CC2018331 setelah perawatan 24 bulanan tahun 2023, dengan posisi logo depan yang lebih turun dari sebelumnya (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Lokomotif milik Depo Semarang Poncol ini pada bulan Februari 2024 lalu sudah 3 tahun menggunakan vintage livery. Dengan siklus perawatan lokomotif CC201 di balai yasa setiap dua tahun sekali, di tahun 2023 lalu lokomotif ini sudah kembali menjalani perawatan 24 bulanan di Balai Yasa Yogyakarta.

Dibanding dengan penampilannya pada  tahun 2021, penampilan lokomotif CC2018331 sejak tahun 2023 sedikit berbeda. Perbedaan paling mencolok tentunya adalah posisi logo bagian depan yang lebih turun dari sebelumnya. Selebihnya, pola livery pada lokomotif ini masih terlihat sama.

Lokomotif CC2018334 (d/h CC20172)

vintage livery jawa

Lokomotif CC2018334 dengan KA Progo di Patukan, DI Yogyakarta (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Lokomotif jalur utama kedua di Pulau Jawa yang menggunakan vintage livery adalah lokomotif CC2018334. Lokomotif yang juga milik Depo Semarang Poncol ini hadir sebagai pelengkap dari lokomotif CC2018331, di mana lokomotif CC2018334 ini dimaksudkan untuk berbagi tugas dengan lokomotif CC2018331 untuk melakukan “roadshow” secara bergantian.

Pengecatan livery krem-hijau dilakukan secara mandiri oleh Depo Semarang Poncol, di mana sebelumnya lokomotif ini sudah terlebih dahulu menjalani perawatan 72 bulanan di Balai Yasa Yogyakarta dan keluar dengan menggunakan livery standar. Lokomotif ini pertama kali beroperasi dengan livery lawas pada 16 Desember 2021.

Pelat nomor dengan model berbeda pada lokomotif CC2018334 (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Lokomotif CC2018334 dengan KA Bogowonto di Pasirmuncang, Purwokerto (IRPS/Andi Ardiansyah)

Menggunakan ornamen yang mirip dengan lokomotif CC2018331, perbedaan pada lokomotif CC2018334 adalah absennya pelat nomor depan-belakang dan bentuk abjad pada pelat nomor samping yang berbeda. Awalnya, tone warna lokomotif ini juga sedikit berbeda dengan tone warna lokomotif CC2018331. Namun tone warna ini menjadi sama setelah lokomotif ini juga menjalani perawatan 24 bulanan pada tahun 2023 silam.

Lokomotif CC2018334 dengan KA Commuter Line Garut di Stasiun Garut, Jawa Barat (IRPS/Andi Ardiansyah)

vintage livery jawa

Lokomotif CC2018334 dengan KA Commuter Line Garut berangkat Stasiun Garut (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Bila lokomotif CC2018331 menjadi lokomotif vintage livery pertama yang melintasi wilayah Daop 2 Bandung, lokomotif CC2018334 menjadi lokomotif vintage livery pertama yang pernah “ditahan” di Daop 2 Bandung, berdinas KA lokal, dan terbaru menjadi lokomotif vintage livery pertama yang menyambangi jalur cabang Cibatu-Garut akhir 2023 silam saat lokomotif ini “ditahan” kembali di Daop 2 Bandung untuk kali kedua.

Lokomotif CC2019201 (d/h CC20191)

vintage livery jawa

Lokomotif CC2019201 dengan KA Sawunggalih di Sumpiuh, Jawa Tengah (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Lokomotif milik Depo Jember ini menjadi lokomotif jalur utama ketiga yang menggunakan vintage livery di Pulau Jawa. Kehadiran lokomotif ini bertepatan dengan bulan HUT KAI ke-77 yaitu September 2022. Pada bulan tersebut, KAI pertama kali membuka open house di tiga balai yasa di Pulau Jawa yaitu Manggarai, Yogyakarta, dan Surabaya Gubeng, di mana lokomotif CC2019201 menjadi “artis” untuk vintage locomotive show pada acara open house Balai Yasa Yogyakarta.

Lokomotif CC2019201 merupakan lokomotif yang sudah dilengkapi dengan pendingin udara untuk kabin masinis, dan juga merupakan lokomotif CC201 termuda yang menggunakan livery lawas. Namun, sejarah membuktikan bahwa lokomotif CC201 yang tiba di Indonesia tahun 1992 masih tetap dicat menggunakan livery krem-hijau oleh General Electric. Saat ke-20 lokomotif CC201 ini tiba, Perusahaan Jawatan Kereta Api telah berubah nama menjadi Perusahaan Umum Kereta Api yang juga diikuti dengan perubahan livery lokomotif dari krem-hijau menjadi merah-biru.

Lokomotif CC2019201 di Kadungora, Garut, Jawa Barat (IRPS/Rizki Bayu Aji)

Pola livery krem-hijau lokomotif CC2019201 juga sedikit berbeda dengan CC2018331 dan CC2018334, di mana posisi garis hijau kecil lebih renggang dibanding kedua rekannya. Lokomotif ini banyak menghabiskan waktunya di luar Daop 9 Jember, dan sering sekali terlihat di wilayah lain sebagaimana lokomotif CC201 dan CC203 milik Depo Jember lainnya yang juga sering sekali terlihat di wilayah lain.

Lokomotif CC2017717 (d/h CC20122)

Lokomotif CC2017717 dalam gelaran Jogja Spoor Festival di Balai Yasa Yogyakarta (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Layaknya lokomotiif CC2019201, lokomotif CC2017717 milik Depo Cirebon juga adalah “artis” untuk vintage locomotive show pada open house Balai Yasa Yogyakarta 2023, yang bertajuk Jogja Spoor Festival. Kehadiran lokomotif ini merupakan kolaborasi dari IRPS Cirebon dan KAI.

Berkebalikan dengan lokomotif CC2019201 yang merupakan lokomotif CC201 termuda yang mengenakan livery lawas, lokomotif CC2017717 adalah lokomotif CC201 tertua yang mengenakan livery lawas. Seperti ketiga lokomotif sebelumnya, lokomotif ini juga mengenakan livery krem-hijau.

vintage livery jawa

Lokomotif CC2017717 dengan KA Senja Utama Yogyakarta di Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah (IRPS/Andi Ardiansyah)

Lokomotif CC2017717 di Stasiun Cikampek, Jawa Barat (IRPS/Rizki Bayu Aji)

Namun sayangnya karir lokomotif ini dengan livery krem-hijau untuk sementara terpaksa terhenti. Empat bulan setelah mengenakan kembali livery lawasnya, lokomotif ini terlibat dalam tragedi Cicalengka pada 5 Januari 2024 dan mengalami kerusakan yang cukup berat. Saat ini, lokomotif CC2017717 sudah berada di Balai Yasa Yogyakarta, namun tidak diketahui dengan pasti apakah lokomotif ini akan diperbaiki atau karirnya sudah efektif berakhir untuk selamanya.

Lokomotif CC2018348 (d/h CC201129R)

vintage livery jawa

Lokomotif CC2018348 dengan KA Brantas di Jatinegara, Jakarta Timur (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Lokomotif CC2018348 merupakan lokomotif CC201 unik, di mana kini hanya ada lima contoh dari lokomotif CC201 seperti ini. Lokomotif yang karirnya berawal sebagai lokomotif BB20312 ini awalnya memiliki bentuk kabin spartan seperti halnya lokomotif BB203 dan CC201 lainnya. Kemudian, lokomotif yang awal karirnya dimulai di Sumatra bagian selatan ini dimodifikasi menjadi CC201 di era 1990an, yang kemudian diikuti dengan modifikasi bentuk kabin masinisnya menjadi widecab aerodinamis seperti lokomotif CC203.

Barangkali, modifikasi bentuk kabin masinis yang dilakukan oleh Balai Yasa Lahat di Sumatra Selatan ini dilakukan karena pada saat itu wilayah Divisi Regional III Sumatra Selatan dan Lampung (yang kini dipecah menjadi Divisi Regional III Palembang dan Divisi Regional IV Tanjung Karang) belum memiliki lokomotif CC203. Sehingga kemudian Balai Yasa Lahat memodifikasi kabin masinis enam unit lokomotif CC201, yang kesemuanya juga merupakan modifikasi dari lokomotif BB203, dari kabin spartan menjadi kabin widecab aerodinamis.

Lokomotif CC2018348 mengenakan pola livery merah-biru yang mirip dengan buatan Balai Yasa Lahat dan tanpa ornamen tambahan (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Bentuk kabin widecab aerodinamis ini juga memiliki keuntungan yaitu memiliki hambatan angin yang lebih kecil. Selain itu, dalam prakteknya di negara-negara pengguna lokomotif buatan pabrikan Amerika Serikat, kabin masinis widecab juga dianggap memiliki keamanan yang lebih baik dibandingkan kabin masinis spartan sehingga kini kebanyakan lokomotif buatan pabrikan Amerika Serikat baik untuk penggunaan dalam negeri maupun ekspor menggunakan kabin masinis widecab.

Lokomotif CC2018348 berpindah tugas ke Pulau Jawa sejak tahun 2012, bersama lima lokomotif lainnya termasuk CC2018349 yang juga menggunakan kabin widecab aerodinamis yang sayangnya sudah hilang wujudnya setelah berhenti beroperasi akibat tragedi Kedunggalar tahun 2018. Di awal beroperasi di Pulau Jawa, lokomotif ini masih menggunakan livery merah-biru era 1991-2008, namun kemudian berganti menggunakan livery standar setelah menjalani perawatan akhir di Balai Yasa Yogyakarta.

Lokomotif CC2018348 dengan KA Brantas di Kramat, Jakarta Pusat (IRPS/Andi Ardiansyah)

Di bulan November 2023, lokomotif milik Depo Sidotopo ini kembali menggunakan livery merah-biru setelah menjalani perawatan akhir di Balai Yasa Yogyakarta. Walaupun pada prakteknya livery merah-biru masih digunakan secara umum di wilayah Sumatra bagian selatan, penggunaan kembali livery ini di Pulau Jawa diperkenalkan ke publik sebagai vintage livery. Lokomotif ini diresmikan bersamaan dengan perayaan 100 tahun Depo Sidotopo pada Desember 2023, di mana IRPS Surabaya berkolaborasi dengan KAI menyukseskan acara tersebut.

Berbeda dengan pengaplikasian livery krem-hijau yang menggunakan emblem “Wahana Daya Pertiwi” dan pelat nomor gaya klasik, pengaplikasian livery merah-biru ini tidak menggunakan ornamen tambahan apapun. Malah, pola pengecatan yang dilakukan Balai Yasa Yogyakarta terhitung mirip dengan bagaimana Balai Yasa Lahat mengecat lokomotif CC201. Kemiripan itu di antaranya penggunaan warna kuning untuk safety device yaitu dudukan dongkrak dan eyehole untuk memasukkan kawat sling saat lokomotif akan diangkat menggunakan crane.

Lokomotif CC2018348 dengan KA Matarmaja di Stasiun Pondok Jati, Jakarta Timur (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Setelah kembali menggunakan livery merah-biru, lokomotif yang sebelumnya terkenal “jago kandang” karena lebih sering menghabiskan waktu sebagai lokomotif langsir di wilayah Daop 8 Surabaya ini juga lebih sering beroperasi menghela KA jarak jauh.

Lokomotif CC2030203 (d/h CC20340)

Lokomotif CC2030203 menghela KA Fajar Utama Yogyakarta (IRPS/Zacky Fahd Mustafa)

Lokomotif terbaru yang menggunakan livery lawas bukanlah lokomotif CC201, melainkan lokomotif CC203. Lokomotif CC2030203 merupakan lokomotif kedua milik Depo Sidotopo yang menggunakan livery lawas sejak Februari 2024 lalu. Tentu saja, livery lawas yang dikenakan lokomotif ini adalah livery dua garis biru era 1995-2011.

Pola livery dua garis biru yang dikenakan lokomotif ini mirip dengan pola livery buatan Balai Yasa Lahat untuk lokomotif CC204. Bedanya hanya pada tidak digunakannya warna kuning untuk dudukan dongkrak. Layaknya livery merah-biru, livery dua garis biru ini di Pulau Jawa diperkenalkan pada publik sebagai vintage livery. Lokomotif ini juga sekaligus menjadi lokomotif CC203 pertama yang menjadi lokomotif vintage livery.

Lokomotif CC2030203 menghela KA Fajar Utama Yogyakarta berhenti di Stasiun Cikampek (IRPS/Rizki Bayu Aji)

Seperti juga lokomotif CC2018348, lokomotif CC2030203 tidak mengenakan ornamen tambahan atau pelat nomor gaya klasik. Lokomotif ini tetap menggunakan pelat nomor standar, hanya posisinya saja yang berubah.

Lokomotif Vintage Livery Lainnya di Pulau Jawa

vintage livery jawa

Lokomotif BB3048411 dan lokomotif CC2018331 di Semarang, Jawa Tengah (IRPS/Ahmad Thoyyib)

Selain keenam lokomotif jalur utama di atas, beberapa lokomotif dengan penggunaan khusus hanya untuk langsir dan backup yang masih aktif di Pulau Jawa menggunakan livery lawas. Di antaranya lokomotif BB3068408, BB3068410, D30121, dan D30158 yang beroperasi di Balai Yasa Manggarai, lokomotif BB3048411 milik Depo Semarang Poncol, dan lokomotif D30144 yang beroperasi di Balai Yasa Yogyakarta.

Ada pula lokomotif CC2010403 yang berpindah kembali dari Sumatra bagian selatan ke Jawa pada akhir 2022 silam. Walaupun tidak termasuk ke daftar lokomotif yang diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery, lokomotif ini mengenakan livery lawas merah-biru karena sebelumnya beroperasi di Sumatra bagian selatan. Lokomotif ini datang bersama lokomotif CC2010402 yang sudah dicat ulang menggunakan livery standar baru-baru ini. Lokomotif ini sedang tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Yogyakarta.

Walau tidak diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery, lokomotif CC2010402 sempat mengenakan livery merah-biru setibanya kembali di Pulau Jawa, sebelum baru-baru ini dicat ulang menjadi livery standar (IRPS/Muhammad Pascal Fajrin)

Selain lokomotif D30144 dan CC2010403, lokomotif-lokomotif ini mengenakan livery krem-hijau. Bahkan lokomotif BB3048411 juga menggunakan ornamen tambahan yaitu emblem “Wahana Daya Pertiwi” dan diperkenalkan ke publik sebagai lokomotif vintage livery. Sementara itu lokomotif D30144 menggunakan livery merah-biru. Lokomotif BB3048411 sendiri mengenakan kembali livery krem-hijau setelah lokomotif CC2018331 mengenakannya, sementara lokomotif D30144 mengenakan kembali livery merah-biru setelah lokomotif CC2018348 mengenakannya.

Begitulah kilas balik lokomotif vintage livery di Pulau Jawa, di mana saat ini untuk lokomotif jalur utama sudah ada enam lokomotif yang kembali menggunakan livery lawas. Keberadaan lokomotif-lokomotif ini tentunya merupakan angin segar yang dapat memberikan dampak positif terhadap perkeretaapian Indonesia di kalangan masyarakat luas.

Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻

Loading