Lawang Sewu merupakan saksi bisu dari kisah kejayaan kereta api di masa lalu, suramnya masa penjajahan, heroiknya aksi merebut kemerdekaan, hingga hiruk-pikuk geliat dunia pariwisata. Dari balik pintu-pintu bangunan Lawang Sewu yang bergaya art deco kamu bisa belajar tentang dunia yang selalu bergerak dan berubah tanpa harus melupakan sejarah.
Sebagai salah satu pusat pemerintahan Belanda pada masa kolonialisme, Semarang memiliki banyak peninggalan dari masa lalu berupa gedung-gedung tua dengan arsitektur Eropa nan sarat akan kisah sejarah. Salah satunya adalah Lawang Sewu yang terletak di area Taman Wilhemina atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama Tugu Muda. Bangunan bergaya art deco yang berhiaskan kaca patri di jendelanya serta memiliki dua menara khas Eropa di bangian depan ini selalu berhasil mencuri perhatian tiap pasang mata yang melewati kawasan tersebut.
Lawang Sewu dibangun pada tahun 1904 oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta atau yang dikenal juga dengan nama Nederlandsch Indische Spoorweg Naatschappij (NIS). Kala itu Semarang menjadi jalur kereta api pertama di Indonesia. Kantor pusat NIS ini merupakan bangunan besar 2 lantai berbentuk L yang dilengkapi dengan ruang bawah tanah. Pelaksanaan pembangunan dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada 1907. Bangunan pertama yang dikerjakan adalah rumah penjaga dan bangunan percetakan, dilanjutkan dengan bangunan utama. Setelah dipergunakan beberapa tahun, perluasan dilakukan pada tahun 1916-1918.
Bagunan megah ini dilengkapi dengan pintu dan jendela berukuran besar karena disesuaikan dengan iklim tropis Semarang. Jendela-jendela yang sangat besar itu sepinta lihat menyerupai pintu. Berhubung jumlahnya sangat banyak, orang-orang yang tinggal di sekitar bangunan ini menyebutnya dengan nama Lawang Sewu alias seribu pintu. Padahal yang mereka anggap sebagai pintu itu aslinya jendela. Lagipula jumlah pintu dan jendela di bangunan ini tidak mencapai 1000, kurang lebih hanya 429 buah. Meski begitu hingga kini bangunan ini tetap dikenal dengan nama Lawang Sewu. Meski sudah melewati puluhan dekade, bangunan tua itu masih nampak anggun dan megah.
Setelah Jepang mengambil alih Pemerintahan Belanda di Indonesia pada 1942, ruang bawah tanah gedung ini yang sebelumnya merupakan saluran pembuangan air disulap menjadi penjara bawah tanah. Gedung ini juga menjadi saksi pertempuran sengit antara rakyat Indonesia dengan Tentara Jepang yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober 1954- 19 Oktober 1945).
Usai perang kemerdekaan, Lawang Sewu bergonta-ganti fungsi. Bangunan ini pernah menjadi kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI), Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV Diponegoro),dan Kantor Wilayah Kementrian Perhubungan Jawa Tengah. Saat ini Lawang Sewu menjadi milik PT KAI sekaligus difungsikan sebagai tempat wisata sejarah. Di tempat ini kamu bisa melihat alat-alat yang berhubungan dengan perkeretaapian yang dipakai pada zaman Belanda seperti pencetak tiket kertas, tiket kertas Edmonson, perlengkapan rambu-rambu operasional KA, dan museum yang menyediakan berbagai koleksi gambar dan foto perjalanan kereta api di Indonesia. Selain itu kamu juga bisa melakukan kunjungan ke ruangan bawah tanah.
Bangunan Lawang Sewu tediri dari dua lantai yang memiliki sayap kanan dan sayap kiri. Kesan gotic juga tampak dari cat tembok putih dengan pintu cokelat dan beberapa bagian lain yang berwarna kuning keemasan. Banyak lorong yang bisa ditelusuri dalam bangunan ini. Di bagian gedung utama tepat di dekat tangga, ada sebuah kaca besar yang menampilkan dua gambar noni Belanda. Lawang Sewu memang sarat dengan cerita mistis. Namun kamu tak perlu khawatir, selama niat kunjunganmu baik kamu tak akan menjumpai hal-hal buruk.
Aktivitas Yang Bisa Dilakukan di Lawang Sewu
- Wisata Sejarah
Lawang Sewu merupakan salah satu tempat paling bersejarah di Indonesia. Kamu bisa napak tilas perjalanan Kereta Api di Indonesia dari masa Belanda hingga masa kini. Di dalam bangunan ini ada banyak spot yang menyuguhkan sejarah kereta api seperti adanya lokomotif kereta api uap di halaman depan Lawang Sewu, beberapa alat kereta api kuno, hingga foto-foto pembangunan jalur kereta api pertama dan sejumlah stasiun kuno di Indonesia. Kamu pun bisa mendengarkan kisah pemandu perjalanan yang bercerita tentang fungsi-fungsi ruangan dan apa saja kejadian yang pernah terjadi di masa lampau. Kalau kamu suka sejarah, bagian ini sangat mengasyikan lho! - Menikmati Arsitektur Eropa dan Sketching
Meski sudah mengalami beberapa kali renovasi, bangunan asli Lawang Sewu hampir tidak ada yang berubah. Bagi kamu pecinta arsitektur bisa menjadikan Lawang Sewu sebagai tujuan wisata kamu. Mulai dari lantai, pintu, keramik, kaca patri hingga kaca besar di Lawang Sewu bisa menambah pengetahuanmu tentang arsitektur Eropa khususnya gaya art deco. Kalau kamu suka menggambar atau sketching, kamu bisa mengabadikan arsitektur apik ini dalam lembaran kertas sketsamu. Selain di dalam gedung Lawang Sewu, spot asyik untuk menggambar bangunan ini adalah dari Tugu Muda. - Photo Hunting
Lawang Sewu menjadi salah satu spot terbaik di Semarang untuk pemotretan. Semua sudut Lawang Sewu sangatlah photogenic. Tak jarang wisatawan sengaja mengunjungi Lawang Sewu hanya untuk pemotretan pre wedding atau sekadar melampiaskan hobi fotografinya. Kesan Eropa dan kemegahannya bisa menjadi latar foto yang menawan. Bagian pintu dan jendela Lawang Sewu juga merupakan spot unik lainnya. Kaca besar yang menjadi khas Lawang Sewu juga mengesankan kamu sedamg berada di sebuah bangunan di Benua Eropa. - Tour Bawah Tanah dan Loteng
Lawang Sewu memiliki tempat-tempat yang dipercaya sebagai tempat mistis. Ada dua tempat yang bernilai sejarah juga di Lawang Sewu yaitu bagian loteng dan ruang bawah tanah. Untuk menuju loteng, kita harus naik tangga yang cukup sempit barulah sampai di loteng dari Lawang Sewu. Sedangkan ruang bawah tanah merupakan ruangan yang dipakai sebagai penjara bawah tanah pada masa Jepang. Beberapa acara uji nyali juga kerap berada di ruang bawah tanah. Pengelola menyediakan kesempatan berkeliling saluran air sekaligus penjara bawah tanah itu pada siang dan malam hari.
Lokasi dan Akses Menuju Lawang Sewu
Gedung Lawang Sewu terletak di Jl. Pemuda, Kompleks Tugu Muda, Semarang. Lokasinya yang berada di tengah kota ini membuat Lawang Sewu mudah dijangkau dari manapun baik menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Jika kamu menggunakan kereta api, kamu bisa turun di Stasiun Poncol dan cukup berjalan kaki atau naik becak ke Lawangsewu. Namun jika turun di Stasiun Tawang, kamu bisa naik angkutan umum atau menggunakan BRT Trans Semarang menuju Tugu Muda.
Jam Buka Lawang Sewu
Lawang Sewu buka setiap hari dari pukul 07.00 – 21.00 WIB.
Harga Tiket Masuk Lawang Sewu
- Anak (3-12 tahun): Rp 5.000
- Dewasa: Rp 10.000
- Tiket tur bawah tanah: Rp 30.000 / orang