0819-0808-0450 humas@irps.or.id

Bondowoso – Indonesia memiliki sejarah kereta api yang melekat. Namun nyatanya, ada museum yang nyaris terlupakan di Bondowoso.

Menempati bekas stasiun kereta api Bondowoso yang kini sudah tak difungsikan, Museum Kereta Api Bondowoso memajang alat-alat yang dulu pernah digunakan, untuk menunjang operasional kereta api. Inilah tempat wisata di Bondowoso yang mungkin luput dari perhatian traveler.

Aat-alat tersebut merupakan peninggalan zaman dahulu. Bahkan, ada beberapa alat peninggalan zaman Belanda. Alat tersebut masih asli. Hal itu terlihat dari bentuknya yang sudah mulai tampak keropos di makan usia.

Sebut saja misalnya Semboyan 40. Alat ini berupa tongkat rambu berwarna hijau berbentuk bundar pada ujungnya. Semboyan 40 biasanya diberikan oleh Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) pada kondektur, dengan mengangkat benda berbentuk tongkat itu.

Berbagai sejarah kereta api (Chuk Shatu/detikTravel)
Berbagai sejarah kereta api (Chuk Shatu/detikTravel) Foto: undefined

Semboyan 40 sebagai isyarat bahwa kereta api sudah boleh berangkat. Semboyan ini biasanya diikuti Semboyan 41 atau peluit panjang satu kali oleh kondektur. Lalu dijawab oleh masinis dengan Semboyan 35 atau suara seruling panjang lokomotif. Maka, berangkatlah kereta api.

Menariknya lagi, di museum ini masih tersimpan alat Semboyan 40 tersebut peninggalan zaman Belanda. Karena alat ini bukan berbahan logam seperti saat ini. Melainkan hanya terbuat dari anyaman bambu dan berpenopang kayu.

Ada lagi Lampu Hansen. Istilah ini sebenarnya berasal dari kata handsign. Lampu berbentuk kubus ini berbahan seng. Pada zaman dulu, nyala lampu ini bersumber dari pijar api yang bahan bakarnya minyak tanah atau minyak jarak. Setelah disulut lalu dimasukkan ke lampu.

Bagian samping lampu ini berbahan kaca bulat yang berwarna hijau. Lampu tangan ini biasanya digunakan PPKA, sebagai tanda saat memberikan ijin pada masinis untuk segera memberangkatkan kereta api.

Berbagai alat dari zaman dahulu (Chuk Shatu/detikTravel)
Berbagai alat dari zaman dahulu (Chuk Shatu/detikTravel) Foto: undefined

Tak hanya itu. Selain beberapa alat yang usianya mungkin sudah lebih seabad, di museum tersebut juga ditampilkan foto-foto. Dalam foto hitam putih digambarkan tentang awal mula pembangunan jalur kereta api di Indonesia. Khususnya jalur antara Jember-Panarukan yang melintasi Bondowoso.

“Alat-alat di museum ini masih asli semua. Kami dapatkan dari beberapa stasiun yang kebetulan masih ada,” jelas Mulyana, Supervisor Museum Kereta Api Bondowoso, saat ditemui detiktravel di kantornya, Sabtu (23/2/2019).

Diuraikannya, di museum sejarah kereta api ini menampilkan koleksi benda-benda bersejarah yang digunakan untuk mengoperasikan kereta api sejak zaman Belanda atau sebelum abad ke-20, dan alat itu masih asli.

“Museum ini sebagai sarana untuk mengingatkan kembali pada anak cucu kita kelak. Bahwa, kereta api merupakan moda transportasi yang sangat vital, kala itu,” ujar Mulyana.

Sementara salah seorang pengunjung museum, Setiawan (37), menuturkan jika keberadaan museum kereta api sangat bermanfaat bagi masyarakat dan wisatawan. Terutama kalangan muda di daerah yang kini sudah tidak lagi dilintasi kereta api.

Sudut lain museum (Chuk Shatu/detikTravel)
Sudut lain museum (Chuk Shatu/detikTravel) Foto: undefined

“Saya sering mengajak anak-anak berlibur ke sini. Untuk sekadar mengenalkan, ini lho yang namanya stasiun kereta api. Ini lho alat-alat untuk mengoperasikannya. Meski, semuanya kini tinggal cerita,” tutur Setiawan, yang mengaku asal Situbondo.

Nah, bagi traveler yang mau ke Bondowoso, mungkin bisa berkunjung ke sini sebagai alternatif liburan sejarah sekaligus belajar kereta api.

(sna/fay)

Sumber:
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4443893/museum-kereta-api-di-bondowoso-yang-nyaris-terlupakan

Loading