IRPS Bandung pada hari Sabtu dan Minggu, 1-2 September 2012 melakukan penelusuran jalur KA non aktif di lintas Banjar – Pangandaran – Cijulang. Pada kesempatan kali ini Tim IRPS Bandung yang terdiri dari Asep Suherman, Deden Suprayitno, M. Rizky dan Ardian Hadi Pratama menelusuri bekas jalur KA mulai dari jembatan Ciputrapinggan hingga terowongan Hendrik dengan berjalan kaki.
Tim menyusuri bekas jalur KA non aktif Cijulang-Kalipucang di lintas Banjar-Cijulang
Sabtu, 01 September 2012 pukul 10.00 WIB Tim start dengan berjalan kaki menyusuri muara sungai, setelah berada di bawah jembatan Ciputrapinggan kecil, tim mulai menaiki pinggiran jembatan, butuh waktu lama untuk menaiki jembatan supaya sampai dibekas jalur KA. Bekas jalur KA kini menjadi jalan setapak, pemandangan alam dari bekas jalur KA sungguh mempesona, dari jalur KA ini kita bisa melihat Samudra Indonesia secara bebas karena jalur KA ini mengitari bukit dan pinggiran laut hingga jalan desa yang masuk ke obyek wisata Karang Nini.
Ciputrapinggan besar dan kecil
Tim menaiki sisi jembatan
Pemandangan dari bekas jalur KA
Tim harus mengeluarkan tenaga ekstra karena harus naik turun bukit di tengah-tengah hutan untuk mengabadikan bekas jembatan yang kini hanya meninggalkan pondasi dan terowongan-terowongan. Jembatan dan terowongan tersebut adalah jembatan Ciputrapinggan besar dan kecil, jembatan Cipanerekan, jembatan Cikabuyutan, terowongan Wilhelmina, terowongan Juliana, jembatan Cipambokongan, jembatan Cikacepit dan finish di terowongan Hendrik. Perjalanan yang menempuh jarak sekitar 10 km ditempuh hampir 6 jam.
Bekas pondasi Jembatan Cipanerekan
Bekas pondasi Jembatan Cikabuyutan
Tim menyusuri Terowongan Wilhelmina
Tim menyusuri Terowongan Juliana
Bekas pondasi Jembatan Cikacepit kecil
Bekas pondasi Jembatan Cikacepit
Di hari ke-2 minggu, 02 September 2012 Tim kembali melakukan penelusuran jalur KA, kali ini tim start dari bekas Stasiun Cijulang hingga Stasiun Pangandaran. Dalam penelusuran tersebut, tim mengunjungi bekas Stasiun Parigi, perhentian Cibenda, Cikalong, Cikembulan dan berakhir di Stasiun Pangandaran.
Bekas Stasiun Cijulang
Bekas reruntuhan Stasiun Parigi
Bekas Perhentian Cikembulan
Bekas Stasiun Pangandaran
Kereeen! Tulisannya baik dan detil, foto2nya juga berbicara banget..
Kapan2 mau donk ikutan mblusukan spt ini.. Btw Banjar kampung halaman Ibu saya 🙂
top markotop… sukses IRPS BD, ditunggu agenda berikutnya
Nah, ini pernah saya lihat dan kebetulan sudah saya foto (walau agak kurang dan tidak kelihatan).
Tulisan Anda menggugah saya yang pernah naik KA Banjar Cijulang, pertama tahun 1969
Terakhir naik ka dari tasik ke pnd sktr thn 1976
Ketika kuliah di asti/stsi bdg saya sudah dengar jalur “sweet memory” tsb ditutup… Pertama naik bis umum dari bdg ke pnd thn 1981 {dengan gonta ganti bus dari bdg k bnjr dan dr bnjr k pnd} terasa ribet krn blm ada bus patas {spt skrng} Sekarang jalur darat Banjar – Pangandaran – Cijulang hancur! Mungkinkah PT KAI membuka kembali jalur ka tsb? Thanks buat postingannya!
aku punya pengalaman pribadi dulu, di waktu SD sampai SMP, di kala bulan ramadhan sering ngabuburit naik kereta api di jalur ini, naik dari stasiun kalipucang sampai pangandaran, terus naik dr stasiun kalipucang ke banjar, jaman dulu cukup ongkos 100 rupiah bisa bolak balik… kadang tdk bayar soalnya dg masinisnya aku kenal dan akrab dan sering numpang di loko bersama masinis, kapan yah PT. KAI akan buka jalur ini lagi…. kenanganku cukup mendalam loh..
Dulu masih ada kereta dari kota kroya,aku bersama kedua orang tua naik dari stasiun sidareja dengan membawa mesin jahit merk singer (kalau tidak keliru)
Lalu turun di stasiun ka banjar patroman.
Setelah ditunggu,kereta jurusan cijulang baru ada dan berangkat sekitar puku 13.00.
Maka naiklah kami bersama dengan membawa mesin jahit tersebut,namun lupa apakah gerbong keretanya ada dua atau cuma ada satu saja.
Berjalanlah kereta yang kami naiki tersebut dengan pelan dan sepertinya memang tidak bisa ngebut.
Kecepatan paling banter mungkin sekitar 40km/jam.
Termasuk yaitu tadi,ketika hendak memasuki terowongan sumber kereta akan berhenti dulu.Ibarat manusia munkin menarik napas dulu sambil berdoa biar selamat.
Tapi kalau kereta maka masinisnya lihat lihat dulu,didepan ada problem gak nich..??
Demikianlah setiap yang dilakukan masinis dan kereta saat hendak masuk terowongan ataupun mau melewati jembatan.
Dan satu lagi ,para penumpang juga ada yang ngomong ketika hendak melewati jembatan,katanya”CIKACEPIT…!!
Dan ketika hendak memasuki terowongan kereta musti melakukan semboyan 35 “nguuuuuung…..!!! Klakson dibunyikan sambil namun berhenti terlebih dahulu.
Dan ketika sampai di pangandaran para penumpang turun semua karena kereta tidak sampai ke kota cijulang.
Padahal perjalanan kami madih agak jauh.
Namun harus menginap di rumah penduduk di pangandara..
Esok paginya barulah kami melanjutkan perjalanan pulang ke rumah naik mobil bok sampai cijulang ,dan melakukan perjalanan selanjutnya sampai ke rumah naik angkutan umum.
Semoga cepat terlaksana dan untuk stasiunnya semoga dipugar bukan diganti yang baru 🙂
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=210959
saya dukung bgt tuh stasiun mnju cijulang pangandaran digunakan lgi.btw tmpt wisatanya top bgt gk kalah sm luar negeri.ayo ayo semangat.makasih bgt bwt tim yg hebat
aslmk
saya mau izin copy tulisan dan foto2nya. boleh ya?
hatur nuhun
ibu Lia Nuralia
Bandung
Salam Kenal Bu Lia Nuralia…
Silahkan untuk mengunduh dan mengupload ulang dengan mencantumkan sumber tulisan dan menyebutkan nama fotografer dalam website kami.
Terima kasih dan salam sukses untuk Anda