Pada tanggal 1 – 4 Maret 2011, IRPS menghadiri Workshop Pengembangan Museum Kereta Api Ambarawa di Gedung Lawang Sewu, Semarang. Workshop ini bertema “PENGEMBANGAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA SEJARAH PERKERETAAPIAN INDONESIA”. Acara yang diadakan oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan yang bekerjasama dengan The Netherlands Ministry of Education, Culture and Science Cultural Heritage Agency. Acara ini diikuti oleh berbagai stakeholder. Pada kesempatan tersebut IRPS diwakili oleh Aditya Dwi Laksana dan Leo Krisanto. Turut hadir pula tim dari RCE (Ryksdienst Cultureel Erfgoed) yaitu Ben de Vries, Max Meijer, dan Arjen Kok.
Foto by Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI (Persero)
Hari pertama diisi paparan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Dirjen KA), PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan Pemerintah Kabupaten Semarang (Bappeda, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Tata Ruang dan Kota) dan para pakar dari Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Katolik Soegijapranata dan Masyarakat Sejarah Perkeretaapian Indonesia (MSPI), serta contoh-contoh best practices dari berbagai penjuru dunia. Bahan-bahan ini semua dimaksudkan sebagai bekal diskusi di hari-hari selanjutnya.
Pada hari kedua disampaikan paparan tentang Museum Ambarawa oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI (Persero) serta kesan-kesan tentang Museum Ambrawa oleh tim RCE. Selanjutnya peserta workshop dibagi menjadi tiga kelompok (collection, building dan surrounding) untuk membuat analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat) berdasarkan topic masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok melalui jurubicara masing-masing kemudian menyajikan hasil diskusi di kelompok masing-masing.
Pada hari ketiga tim RCE, berdasarkan hasil analisis SWOT menawarkan 7 skenario pengembangan Museum Ambarawa, masing-masing mengangkat tema : technology, colonial life, steam fun, consolidation, slow museum, up market, modern transportation. Atas usul Ketua IRPS, Aditya Dwi Laksana ditambah satu scenario lagi yaitu national railway museum, sehingga kemudian disebut “7+1 Dreams for Ambarawa”.

