Pada hari Minggu, 3 September 2010 Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Yogyakarta yang terdiri dari Fajar Arifianto, Rezza Habibie, Prasetyo Muhamad, Yuda Nugrahadi dan Narendro Anindito melakukan napak tilas jalur non aktif Yogyakarta-Magelang.
Yuda, Narendro, Rezza Habibie, Fajar dan Prasetyo
Sepanjang penyusuran di Jalan Magelang, selepas Terminal Jombor hingga wilayah Tempel di perbatasan DIY-Jateng, IRPS YK mengamati sekeliling dengan seksama, mencari-cari peninggalan rute yang mulai dioperasikan pemerintah kolonial Belanda pada 1 Juli 1898 itu.
Selain jembatan dan rel yang tersisa, beberapa bekas stasiun juga masih ditemukan di rute itu meski sudah beralih fungsi menjadi pos polisi (Mlati), markas militer (Beran), posyandu (Medari), dan taman kanak-kanak (Tempel). IRPS juga menjumpai bekas tiang telegraf, tiang sinyal, menara air untuk kereta uap, dan palang pintu perlintasan yang sebagian besar kondisinya sangat mengenaskan karena dimakan usia.
Teman2 IRPS,
Mohon diperjuangkan wacana dihidupkan lagi jalur Yogya – MGL – Secang – Parakan…
Jalur tersebut sangat potensial untuk wisata dan jalur perekonomian daerah.
Sangat disayangkan dahulu dinonaktifkan, saya pernah naik kereta tersebut saat saya masih kecil.
Salam dari Saya
Fajar
Saya setuju usulan mas Fajar sebaikNya secara Batin dan fisik. Kita ber Do’a bersama secara batin dan secara fisik Pemerintah Pusat maupun
Daerah Kita beri penjelasan Kereta Api ramah Lingkungan Hemat Lahan maupun bahan Bakar. Sekian dari K W A Wasalam
Teruskan napak tilasnya, jalur mati ini shrsnya layak untuk d buka kembali mengingat kejadian bencana merapi smua moda transportasi darat lumpuh, yg seharusnya berperan adalah kereta api…salut tbuat tim YK dsk
gabung crnya gmn? saya pngemar kreta api jg..jogja.
dhenmazhendra@ymail.com
Sebaiknya IRPS juga melacak jejak kereta api yang sudah hilang seperti di kalimantan barat Pontianak – Sambas, dan sulawesi, serta nusa tenggara
Terimakasih atas masukannya