
Sumber foto: http://blogmasnandha.blogspot.com/
Desa Kamal, 10 kilometer dari Desa Tellang, dulunya adalah kantor pusat Jawatan Kerata Api Madura, namanya Madoera Stoomtram Masshjcaaphij (MSM). Letaknya sekitar 500 meter sebelum Pelabuhan Ujung-Kamal. Penyeberangan di pelabuhan ini pernah tercatat sebagai yang tersibuk se-Asia Tenggara. Namun lantas sepi, setelah Suramadu beroperasi pada 2006.
Kantor MSM masih terawat. Kini jadi kantor Pendataan Aset PT KAI. Berderet di belakang kantor itu, menuruni dinding bukit, terdapat kompleks perumahan karyawan juga gedung jembar bekas depo kereta api.
Terbagi menjadi empat ruangan, kondisi depo tak terawat dan memprihatinkan. Dua ruangan di bagian samping, dulunya adalah bengkel tempat mengganti onderdil kareta yang rusak. Sementara, dua ruangan di tengah, untuk menyimpan lokomotif.
Kini, depo itu disewakan. Gedung paling kanan disewa perusahaan air kemasan, yang tengah jadi lapangan futsal. Dan gedung terakhir, ditempati seorang tunawisma.
“Nah di sana, tempat memutar lokomotif,” kata Muhammad, warga Kamal, menunjuk sebuah tanah lapang depan depo.
“Besi-besinya masih ada, tapi sudah ditimbun bedel oleh warga,” dia menambahkan.
Dari depo itu, memandang ke utara, tampaklah atap kantor ASDP Kamal berwarna biru. Dulunya gedung itu adalah stasiun kereta api Kamal dan telah mengalami beberapa kali renovasi.
Dan di Dermaga I, di pangkal jembatan tempat kapal Feri bersandar, menyembul dua batang besi menjorok lima meter ke laut. Itu adalah hulu rel kereta api yang menjalari seluruh pulau Madura, yang pembangunannya selesai pada 1901.
Saat Kapal-kapal mulai sandar, rangkaian gerbong akan ke ujung rel itu, agar mudah memindahkan barang-barang milik pedagang yang pulang kulakan dari Surabaya ke gerbong kereta.
Bersambung di Bagian 3 (Terbit insya Allah tanggal 15 Maret 2021)
Sumber: Liputan6.com