0819-0808-0450 humas@irps.or.id
aktivitas stasiun jakarta kota

Rangkaian KRL Rheostatik di Stasiun Jakarta Kota (dok. Joachim Kaddatz)

Berbagai warna dari livery yang berbeda menghiasi kereta api pada era Perumka, seperti yang terdokumentasikan pada tahun 1997 oleh seorang pecinta kereta api asal Jerman bernama Joachim Kaddatz. Saat itu Joachim sedang berkunjung ke Indonesia dan memotret berbagai aktivitas kereta api di Stasiun Jakarta Kota.

Beragam jenis kereta berlalu-lalang saat Joachim berada di Stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini memang merupakan sebuah stasiun yang sibuk, di mana pada saat itu Stasiun Jakarta Kota melayani perjalanan KRL, KRD, KA lokal, dan KA jarak jauh ke berbagai tujuan, serta gerakan langsiran.

KRL Rheostatik dengan skema “Pepsodent”, dengan aktivitas pedagang asongan (dok. Joachim Kaddatz)

Di saat itu, Stasiun Jakarta Kota juga telah menggunakan persinyalan elektrik dengan sistem solid state interlocking (SSI) buatan Siemens, menggantikan persinyalan mekanik buatan Siemens & Halske. Persinyalan elektrik ini beroperasi sejak Oktober 1994. Meski demikian, jalur ke arah Kampung Bandan hingga Jatinegara masih menggunakan persinyalan mekanik hingga awal 2000an.

Kala itu, KRL yang beroperasi di Jakarta Kota-Bogor mayoritas adalah KRL Rheostatik buatan Jepang antara 1976-1987. KRL Holec pada saat itu jumlahnya masih sedikit, dan KRL Hyundai produksinya berhenti di tahun 1993 sebanyak 2 rangkaian. KRL Hitachi, bersama dengan KRL Holec buatan 1997, mungkin masih menjalani proses produksi di INKA.

KA lokal dari Rangkasbitung dengan lokomotif BB30312 (dok. Joachim Kaddatz)

Saat itu, KRL Rheostatik menggunakan skema livery putih-hijau toska yang dikenal dengan julukan “Pepsodent”, dan beberapa di antaranya sudah menjalani modifikasi kaca kabin masinis dari 3 bilah menjadi 2 bilah. Bahkan pada saat itu layanan KRL Jakarta Kota-Bogor masih sering menggunakan 1 rangkaian 4 kereta, yang tentu saja memiliki kapasitas angkut rendah.

Sementara itu, KA lokal tujuan Rangkasbitung pada saat itu masih ditarik lokomotif BB303 dengan kereta eks KRD yang mesinnya dilepas dan kabin masinisnya dihilangkan. Walaupun begitu, KRD bermesin masih beroperasi untuk tujuan Tangerang dan Purwakarta. Bahkan ada pula KRD yang pernah digunakan untuk layanan Depok Ekspres maupun Bekasi Ekspres.

Rangkaian KRD tujuan Tangerang dengan skema warna yang berbeda-beda (dok. Joachim Kaddatz)

Unit-unit KRD bahkan menggunakan livery yang berbeda pada saat itu. Ada yang menggunakan skema merah-biru seperti lokomotif dan kereta ekonomi, ada juga yang menggunakan skema putih-hijau toska seperti KRL Rheostatik. Selain kedua skema tersebut, skema putih-abu seperti kereta eksekutif “Argo” dan skema biru tua-hijau seperti kereta bisnis juga digunakan KRD pada saat itu.

Lokomotif CC201107 (kini CC2019217) dengan rangkaian kereta penumpang kelas bisnis, kemungkinan KA Jayabaya Utara (dok. Joachim Kaddatz)

Sementara itu, kereta bisnis yang kemungkinan digunakan KA Jayabaya Utara pada saat itu masih menggunakan skema biru tua-hijau. Skema kelas bisnis tak lama kemudian berubah menjadi putih-krem, kemungkinan setelah tahun 1998. Di masa itu, lokomotif CC201 menjadi lokomotif utama yang menghela KA-KA jarak jauh selain kelas eksekutif “Argo”. Masa itu kini menjadi sebuah kenangan manis bagi kita yang pernah mengalaminya.

Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻