Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the ihc domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/irpsrid1/domains/irps.or.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
125 Tahun Jalur Kereta Api Duri-Tangerang, Rencana Trase Awal Jalur Kereta Api Banten – IRPS
0819-0808-0450 humas@irps.or.id
125 tahun duri-tangerang

Keadaan Stasiun Tangerang pada tahun 1991 | Dipindai dari buku Spoorwegstations op Java

Pada 2 Januari 2024, tepat 125 tahun sudah jalur KA lintas Duri-Tangerang beroperasi. Hingga saat ini, lintas Duri-Tangerang masih menjadi jalur yang penting bagi masyarakat, khususnya bagi para penglaju dan pekerja yang selalu setia setiap hari naik KRL melalui jalur ini. Tak hanya itu, lintas ini semakin bertambah perannya saat dibangun jalur baru dari Stasiun Batuceper yang mengarah ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan pembukaan layanan kereta bandara.

Sejenak, kita lihat kembali bagaimana sejarah awal dibangunnya jalur ini oleh perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS). Pernahkah Sobat Preservasi mempertanyakan, mengapa pemerintah kolonial Belanda membangun jalur kereta api Duri-Tangerang yang hanya memiliki jarak yang cukup pendek, yakni hanya sekitar 19,3km saja? Hal tersebut sebenarnya dikarenakan lintas Duri-Tangerang itu memang pada awalnya adalah rencana trase jalur kereta api yang dibangun menuju ke daerah Banten. Namun di tengah jalannya pembangunan, proyek ini dihentikan.

Jalur kereta api Duri-Serang via Balaraja dan Cikande yang dibatalkan pembangunannya, sebab trasenya diubah menjadi dari Stasiun Tanah Abang via Parung Panjang, hingga ke Rangkasbitung. Kedua jalur ini diresmikan pada tahun yang sama, 1899. | Koleksi Universiteit Leiden, Belanda

Untuk meningkatkan mobilitas dan juga komoditas dari wilayah Batavia hingga ke Bantam/Banten maupun sebaliknya, perusahaan kereta api negara Staatsspoorwegen (SS) membuat sebuah rencana untuk menghubungkan kedua daerah tersebut dengan moda transportasi kereta api. Pembangunan jalur direncanakan akan dimulai dari Halte Doeri hingga ke daerah Serang, melalui daerah Tangerang, Blaradja (Balaraja), dan Tjikandi (Cikande).

Proyek jalur rel sudah dikerjakan. Namun di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan. Trase pun diubah. Titik awal jalur yang semula berada di Halte Doeri dipindahkan ke Halte Tanahabang, melalui daerah Paroengpandjang (Parung Panjang) hingga ke Rangkasbetoeng (Rangkasbitung). Jalur ini diresmikan pada 1 Oktober 1899.

Trase jalur rel pertama yang sudah terlanjur dibangun akhirnya dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan dibangun Stasiun Tangerang di ujung jalur. Jalur kereta api Tangerang-Duri ini diresmikan lebih awal, yakni pada 2 Januari 1899 dan berstatus sebagai jalur cabang. Selain angkutan penumpang, lintas ini juga ramai akan komoditas pertanian dan hasil bumi yang dibawa dari daerah Tangerang menuju Batavia maupun sebaliknya.

Jadwal kereta api Batavia BOS-Tangerang via Halte Angkee (lewat Pasar Pagi) pada tahun 1901 | Dipindai dari Spoor & Tramgids van Nederlandsch-Indie

Total terdapat 7 perhentian yang terbagi menjadi stasiun dan halte pada lintas ini, yakni Pesing, Rawaboeaja, Kalideres, Poris, Batoetjepper, Tanahtinggi, dan Tangerang. Berbeda dengan masa sekarang, stasiun keberangkatan awal dari kereta-kereta penumpang tujuan Tangerang pada masa tersebut bukanlah berawal dari Halte Doeri, melainkan berawal dari Stasiun Batavia BOS (Jakarta Kota) via Angkee-Pasarpagi-Batavia BOS.

Jadwal kereta api Pasarpagi-Tangerang pada tahun 1935, saat sudah tidak berawal dari Stasiun Batavia BOS lagi | Dipindai dari Officieele Reisgids der Spoor en Tramwegen

Saat Stasiun Batavia BOS ditutup pada tahun 1923 untuk direnovasi besar-besaran karena telah dibeli oleh Staatsspoorwegen (SS), jalur lama Pasarpagi-Batavia pun diputus, dan hanya menyisakan segmen Angkee-Pasarpagi saja. Jalur dari Halte Angkee-Batavia dibuat memutar menggunakan jalur baru yang dibangun melalui daerah Amsterdaamschepoort dan Kampongbandan. Karena dirasa trase lama Angkee-Pasarpagi memiliki lokasi yang cukup strategis, maka dibangunlah sebuah stasiun baru yang diberi nama Stasiun Pasarpagi, stasiun ini digunakan sebagai titik awal keberangkatan dari kereta-kereta penumpang yang menuju ke Stasiun Tangerang.

Kereta api lokal Tangerang-Djakarta dengan lokomotif uap C1126 yang dikawal oleh pasukan NICA di gerbong depan pada tahun 1947, bergerak meninggalkan emplasemen Stasiun Tangerang | Dipindai dari Nationaal Archief

Saat Agresi Militer Belanda ke-1, tepatnya pada 21 Juli-5 Agustus 1947, jalur kereta api pertama yang berhasil dikuasai dan direbut kembali secara utuh oleh pihak Belanda di sekitar daerah Jakarta ialah lintas Tangerang, beserta sarana-sarana kereta api yang berada di dalamnya. Untuk mengamankan perjalanan dari kaum republiken (pro-republik) yang mencoba menyerang maupun mensabotase kereta, setiap kereta api yang berangkat dari dan ke Tangerang akan dikawal oleh tentara NICA, baik di dalam rangkaian kereta maupun dengan menggunakan gerbong tambahan yang diletakkan di depan lokomotif.

Kondisi jalur KA Duri-Tangerang pada tahun 1979 | Koleksi KITLV

Pada era Djawatan Kereta Api (DKA) hingga Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), terdapat layanan kereta penumpang serta kereta barang yang ditarik lokomotif di lintas ini. Layanan kereta penumpang dengan lokomotif ini sendiri perlahan mulai digantikan oleh rangkaian Kereta Rel Diesel (KRD) di tahun 1976, sampai akhirnya digantikan secara keseluruhan. Kondisi prasarana pada lintas ini pun bisa dibilang tidak terlalu baik. Mulai dari rel yang ‘keriting’ dan bergelombang karena tidak mendapatkan perawatan yang baik, bantalan kayu usang dan menyatu dengan tanah, tidak adanya batu balas, hingga rumput yang tumbuh pada lintasan.

Jalur kereta api Duri-Tangerang dikabarkan sempat nonaktif selama beberapa waktu, dan baru mulai dioperasikan kembali pada dekade 1980-an. Bahkan, PJKA juga pernah mempunyai sebuah rencana untuk menutup lintas ini secara total, namun hal itu dibatalkan karena adanya potensi pembangunan jalur kereta api baru menuju ke arah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang beberapa dekade kemudian akhirnya terwujud dan kini layanannya sudah bisa kita nikmati.

Jalur Duri-Tangerang di tahun 2012 | Andi Ardiansyah (IRPS)

Pada pertengahan dekade 1990-an, lintas Tangerang mengalami rombakan yang cukup besar seperti revitalisasi rel, pembangunan jalur ganda, dan elektrifikasi. Emplasemen-emplasemen stasiun juga mengalami perubahan dan rombakan imbas revitalisasi rel ini, termasuk emplasemen Stasiun Tangerang yang dirombak menjadi hanya 2 jalur saja dari yang sebelumnya terdapat 5 jalur dan sebuah gudang. Pada petak jalan Tangerang-Bojong Indah, rel ganda dibangun di sisi kiri jalur eksisting, namun pada petak Bojong Indah-Duri dibangun di sisi kanan. Seluruh pembangunan jalur ganda beserta infrastruktur jembatannya pun selesai.

Namun karena suatu alasan, jalur ganda ini justru tak pernah beroperasi. Rel eksisting justru digeser ke jalur baru yang telah dibangun, dan jalur lama ditinggalkan. Jalur lama beserta jembatan-jembatannya perlahan terbengkalai, terkubur, bahkan ditumbuhi pemukiman padat. Bekas dari jalur lama ini masih terlihat hingga tahun 2012, sampai akhirnya dibongkar habis karena lahannya akan dipakai kembali untuk pembangunan jalur ganda Duri-Tangerang oleh Kementerian Perhubungan.

Sebuah rangkaian KRL hibah seri 6000 eks Toei Subway di Lin Tangerang, 2012 | Andi Ardiansyah (IRPS)

Jalur KA Duri-Tangerang dielektrifikasi bersamaan dengan lintas Tanah Abang-Serpong pada pertengahan 1990-an dengan konsultan Systra yang berasal dari Prancis. Elektrifikasi ini sempat menemui beberapa kendala yang membuat pengoperasiannya tertunda, hingga akhirnya baru bisa beroperasi pada tahun 1997.

Salam preservasi 🤜🏻🤛🏻

Oleh Andra Radithya