0819-0808-0450 humas@irps.or.id

Laporan Wartawan TribunTravel.com, Sinta Agustina

TRIBUNTRAVEL.COM – Kereta api merupakan satu di antara moda transportasi yang menjadi pilihan masyarakat.

Selain karena tarifnya yang cukup terjangkau, kereta api dapat mengantar penumpang dengan durasi waktu yang lebih cepat daripada transportasi darat lainnya.

Siapa sangka, kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pembangunan jalur kereta api di Desa Kemijen, Kecamatan Semarang Timur, Kabupaten Semarang.

Dikutip TribunTravel.com dari akun Twitter PT KAI, pembangunan jalur kereta api ini dimulai dengan pencangkulan pertama pada 17 Juni 1864. Pencangkulan pembangunan jalur kereta api dilakukan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ Baron Sloet van den Beele.

Diprakarsai oleh perusahaan kereta api Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), akhirnya jalur kereta api sepanjang 26 km dengan rute Kemijen-Tanggung pun rampung dikerjakan.

Selanjutnya pembangunan jalur kereta api pun bertambah. NISM kemudian membangun jalur kereta api dengan rute Semarang-Surakarta pada 10 Februari 1870. Dengan rute sepanjang 110 km, jalur tersebut digunakan untuk pengangkutan hasil bumi, di antaranya kopi, tembakau, teh, gula, dan lainnya.

Selain di Pulau Jawa, jalur kereta api juga dibangun di Banda Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi Selatan (1922). Sementara pada masa penjajahan Jepang, beberapa jalur kereta api juga dibangun, di antaranya rute Bayah-Cikara (83 km) di Lebak, Banten dan Muaro-Pekanbaru (220 km) di Riau. Namun pada 1942-1943, sebagian rel tersebut dibongkar oleh Jepang dan dibawa ke Myanmar untuk pembangunan jalur kereta api di sana.

Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan yang dulunya dimiliki Belanda, tidak serta-merta jatuh ke tangan Indonesia.

Perusahaan-perusahaan tersebut menjadi target yang akan direbut Sekutu. Pada 2 September 1945, Angkatan Pemoeda Indonesia (API) bertemu dengan kelompok revolusioner dari buruh Djawatan Kereta Api (DKA). Dalam pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk merebut stasiun DKA dari tangan Jepang. Sementara pada 3 September 1945, beberapa stasiun berhasil direbut. Di antaranya Stasiun Jatinegara, Stasiun Manggarai, Stasiun Gambir, Stasiun Tanjung Priok, Stasiun Pasar Senen, dan Stasiun Jakarta Kota.

Setelah selesai aksi perebutan, buruh DKA pun membentuk Serikat Buruh Kereta Api (SBKA). Sementara itu, Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) juga mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari Jepang.

Pada 28 September 1945, kekuasan perkeretaapian akhirnya jatuh ke tangan Indonesia yang ditandai dengan pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil (tokoh AMKA). Hal inilah yang melandasi ditetapkannya Hari Kereta Api yang jatuh setiap tanggal 28 September.

Sumber:
http://travel.tribunnews.com/2016/09/28/kai-71-nggak-nyangka-sejarah-kereta-api-berasal-dari-kota-ini-panjang-rute-capai-26-km

Loading