
Lokomotif diesel hidrolik C30011, beserta C30012 di belakangnya, dan lokomotif uap D5011 serta DSM 48 di sebelahnya
9 Januari 2023, pengurus pusat bersama pengurus wilayah Jakarta berkesempatan mengunjungi Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah pasca selesainya proses renovasi komplek TMII.
Dalam kunjungan ini, kami akan memperbaiki tampilan 1 dari 2 unit lokomotif diesel hidrolik C300 yang terparkir dengan kondisi cukup memprihatinkan. C30011 kami pilih untuk diperbaiki tampilannya karena kerusakan eksteriornya yang tidak terlalu parah walaupun dengan kondisi mesin yang sudah tidak lagi lengkap.
View this post on Instagram
Sekilas tentang lokomotif C300, Indonesia sebagai negara nonblok bebas mengadakan perdagangan dengan negara manapun termasuk negara komunis. Didorong kebutuhan menggantikan lok-lok uap untuk jalur cabang dan keperluan langsiran barang maka PNKA memesan 20 unit lokomotif ke VEB Lokomotivbau Karl Marx atau LKM yang berbasis di Babelsberg yang bukan merupakan pemain baru di dunia manufaktur lok. Perusahaan yang sebelum Perang Dunia II dikenal dengan nama Orenstein & Koppel ini banyak dipakai di Hindia Belanda, apalagi pada tahun 1955 LKM memasok lokomotif lori untuk pabrik gula Madukismo di Yogyakarta.
Mendapat pesanan dari PNKA, LKM mengerjakan pengerjaan proyek ini dengan sangat serius. Sebuah lokomotif prototipe berkode V30C yang diberi nomor V30 001 serta berlivery khas PNKA disiapkan untuk menjalani serangkaian pengujian sebelum diproduksi massal. Pengujian yang dilakukan di jalur Harzquer Brockenbahn pun menuai hasil yang memuaskan. Saat akan dibongkar di pabriknya, lokomotif prototipe ini memikat Deutsche Reichsbahn sehingga tidak jadi dibongkar dan justru diberi penomoran 199-3-013 dan warnanya diganti menjadi dominan kuning.
Berbekal pengujian yang sukses diatas, pada tahun 1966 20 unit lokomotif yang diberi nomor seri C300 ini mulai didatangkan oleh PNKA untuk menggantikan D14 sebagai lok langsir serta menggeser lok uap C27 dan B51 dari jalur barat Jakarta menuju Rangkasbitung dan menjadi lokomotif endemik karena seluruh unitnya dikumpulkan di Dipo Lokomotif Tanahabang. Walaupun tidak mendapatkan jatah repowering, C300 ternyata masih bisa operasional hingga tahun 1990-an, bahkan 2 unit dipindahkan ke Museum Transportasi TMII untuk berdinas menarik kereta wisata dan liverynya kembali ke warna awal yakni krem hijau khas PNKA dan dirangkaikan dengan kereta CR kayu.
Seiring waktu, nasib C30011 dan C30012 juga tidak terlalu baik. C30012 lebih dulu mati dan C30011 dengan susah payah berdinas hingga awal tahun 2000-an. Setelah keduanya mati, kondisi mereka makin merana, berjajar bersama lokomotif-lokomotif uap koleksi Museum Transportasi TMII.
Semoga generasi mendatang masih bisa menyaksikan satu-satunya lokomotif milik PJKA yang didatangkan dari Jerman timur.
Mohon doa rekan preservasi agar pengerjaan perbaikan tampilan dapat cepat kami kerjakan.
Salam preservasi 🤜🤛